(FF SWITCH GENDER/ JINBOON/ Vignette/ G) PINK LETTER

 Cast: Jinboon

Taemin

Minho

 

Rating: General

Leght: Vignette

Genre: Romance

 

 

FF kosong. LOL. Gak ada isinya.

 

HAPPY READING!!!!

 

 

 

*************

 

 

Taemin menarik-narik baju Gweboon. Matanya bulat sempurna dengan manik mata yang bersinar-sinar memandang sendu pada kakak kelasnya.

 

“Please Gweboonie eonni~ please~.”

 

Tak lelah untuk merengek mengekori kemanapun Gweboon melangkah. Gweboon melirik tajam pada Taemin. Jengah. Ingin mencakar-cakar wajah polos itu namun dia sadar jika melakukannya,  dia akan menjadi gadis tersadis disekolah.

 

“Mana! Berikan padaku!”

 

Walau ketus namun tidak mengurangi rasa senang Taemin. Bahkan gadis ini melompat-lompat kegirangan saat Gweboon menadahkan tangannya.

 

“Ini. Tolong berikan pada Jinki oppa ya~.”

 

Sebuah amplop berwarna merah muda dengan gambar hati disekelilingnya. Pasti surat cinta. Gweboon terpaksa menerimanya. Tapi didalam hatinya, ingin sekali merobek-robek surat tersebut lalu membuangnya ketempat sampah.

 

“Terima kasih eonni~.”

 

Memberikan senyum terbaiknya pada kakak kelas favoritnya. Taemin sudah menjadi fans Gweboon sejak dia menapaki kakinya disekolah ini. Mereka berhubungan cukup baik.

 

“Ya.”

 

Melanjutkan langkah yang sempat terganggu oleh Taemin, menuju kelas Gweboon memandangi surat yang ada ditangannya.

 

Memangnya masih jaman mengirim surat?

Apa dia tidak mengenal internet atau selfon?

Memangnya Taemin tidak bisa memberikan suratnya langsung kepada Jinki?

Cih! 

 

Gweboon terus berketus.

Terutama karena target surat merah muda ini adalah Jinki. Teman sekelas Gweboon yang sudah gadis ini tandai sejak kelas dua.

 

Menengok kebelakang sekedar untuk memastikan apa Taemin masih ada dibelakangnya.

 

Tidak ada siapa-siapa.

 

Kesempatan emas bagi Gweboon. Dia meremas-remas surat tersebut. Membuatnya menjadi sebuah bola. Lalu memasukannya kedalam saku.

 

Jika Taemin menanyakan suratnya. Gweboon akan mengatakan kalau suratnya hanyut disungai.

 

Siapa suruh memilih Gweboon sebagai mak comblangnya.

 

 

 

********

 

 

 

Gweboon membuka pintu rumahnya.

Waktu sudah menunjukan pukul delapan malam, dan Gweboon dikejutkan dengan kehadiran Taemin didepan pintu rumahnya.

 

“Ada apa Tae?”

 

“Ini.. suratnya kubuat lagi.”

 

Wajah Taemin merona ketika menyerahkan sepucuk surat pada Gweboon. Lagi-lagi Gweboon menerima surat Taemin dengan ketus.

 

Setelah menerima pesan dari Gweboon bahwa suratnya hanyut, Taemin segera membuatnya kembali.

 

“Tolong berikan pada Jinki oppa pagi-pagi. Tolong ya eonni~.”

 

Memasang puppy eyes dan mengedip-ngedipkan matanya. Menggemaskan memang. Tapi Gweboon sama sekali tidak termakan rayuan Taemin. Dimata Gweboon, Taemin terlihat seperti iblis yang akan merebut Jinki darinya.

 

“Akan kuusahakan.”

 

“Benarkah? Terima kasih eonni!!!!”

 

Memeluk Gweboon sebelum melambaikan tangannya dan pergi dari rumah Gweboon.

 

Gweboon melangkah malas menuju kamarnya. Begitu sampai, dia melempar surat berwarna merah muda itu sembarang. Dia tidak akan membawa surat itu besok. Bilang saja lupa.

 

 

*******

 

 

“EONNI!!!”

 

Suara khas Taemin membuat Gweboon menoleh dan berhenti. Taemin berlari menghampiri Gweboon. Pagi dimusim semi ini, cahaya matahari menembus sela pepohonan dan menyinari wajah Taemin begitu indahnya.

 

Tapi apa terlihat indah dimata Gweboon?

 

TIDAK!

 

“Eonni! Apa suratnya sudah kau berikan?”

 

“Ah! Maaf. Sepertinya tertinggal dirumah.”

 

Akting yang mengagumkan dari Gweboon. Dia benar-benar terlihat seperti telah melupakan sesuatu. Dan sangat meyakinkan Taemin.

 

Tapi hal itu justru membuat Taemin senang.

 

“Syukurlah. Sebenarnya ada beberapa kata yang belum aku tulis. Jadi aku membuat yang baru.”

 

SIAAAAALLLLLL!!!!

Begitulah jeritan hati Gweboon ketika melihat surat merah muda lagi.

 

Lagi-lagi harus menerima surat Taemin dengan berat hati.

 

 

………….

 

 

 

Gweboon memandangi Jinki yang sedang berbicara, mendiskusikan rencana pekan olah raga sekolah didepan kelas.

 

Mata sipit Jinki yang tegas. Juga bibir penuh yang terlihat manis jika dicium, membuat Gweboon menghayal yang tidak-tidak. Terlebih jika Jinki tersenyum. Hati Gweboon seakan terbang dan ingin mendarat dihati Jinki.

 

“Kim Gweboon. Apa kau mempunyai ide?”

 

Jinki menangkap basah Gweboon yang sedang memandanginya. Dia tidak suka jika sekretaris kelasnya yang tidak fokus saat berdiskusi. Harusnya Gweboon mencatat apa yang Jinki tulis dipapan tulis. Jinki termasuk ketua kelas yang ketat.

 

“Aku bisa berlari pasangan.”

 

Mengajukan diri untuk menjadi wakil kelas dicabang olah raga berlari pasangan. Dihayalannya, mungkin akan romantis jika kaki Gweboon dan Jinki diikat. Lalu tangan Gweboon memeluk punggung Jinki. Bukankah itu manis?

 

“Baiklah. Kau akan berpasangan dengan Minho.”

 

APAAA???

 

Gweboon menoleh pada Minho yang duduk dibelakannya. Menyesali usulannya. Sungguh Gweboon lupa jika dikelas ini ada yang lebih jago berlari dari Jinki. Yaitu, Choi Minho.

 

Kesal.

Gweboon merobek-robek surat Taemin yang ia simpan disakunya.

 

Tadinya gadis bermata kucing ini akan memberikannya pada Jinki karena melihat kegigihan Taemin. Tapi hal itu tidak akan pernah terjadi! Dia takut Taemin akan mendekati Jinki selama dirinya sibuk latihan berlari pasangan dengan Minho.

 

 

 

*********

 

 

 

Gweboon baru saja akan memasuki ruang kelasnya. Tapi dia menyembunyikan tubuhnya dibalik pintu ketika melihat seorang gadis berada dikelasnya.

 

Kelas sedang kosong. Karena seluruh siswa sedang dalam pelajaran olah raga.

 

Gweboon mengintip dari balik pintu. Dia melihat Taemin sedang menaruh sepucuk surat dimeja Jinki.

Gadis itu tak patah semangat. Setelah Gweboon memberitahu Taemin bahwa suratnya hilang, ternyata Taemin memberikan surat tersebut dengan usahanya sendiri.

 

Taemin keluar dari kelas. Gweboon tersenyum pada Taemin dan memasang ekspresi terkejut ketika berpas-pasan dengan Taemin.

 

“Tae? Sedang apa dikelasku?”

 

“Aku menaruh suratnya dimeja Jinki oppa. Semoga kali ini suratnya sampai.”

 

Gweboon tertawa renyah mendengar pernyataan Taemin. Dirinya sadar betul bahwa Taemin tampak tak mempercayai Gweboon lagi.

Raut wajah Taemin pun sepertinya sedikit agak kecewa setelah tahu surat merah mudanya hilang ditangan Gweboon.

 

“Semoga berhasil Tae.”

 

Dorongan semangat palsu yang diberikan Gweboon pada Taemin. Jauh dilubuk hatinya, Gweboon berharap Taemin dan Jinki tidak akan bisa bersatu.

 

“Aku harap juga begitu.”

 

Tersenyum setelah mendapat semangat dari Gweboon eonninya. Langkah Taemin ringan saat menuju kembali kekelasnya.

 

Cepat-cepat Gweboon berlari menuju meja Jinki ketika Taemin sudah jauh dari pandangannya. Menemukan sebuah surat –yang lagi-lagi berwarna merah muda- diatas meja sang ketua kelas.

 

Tentu saja Gweboon mengambil surat tersebut. Menatap dengan laser kebencian pada surat yang ada ditangannya. Ingin segera memmbuang surat keramat baginya itu sebelum Jinki tiba.

 

“Sedang apa?”

 

Gweboon tidak merasakan kahadiran Jinki disampingnya yang bagai angin. Dia membatu saat Jinki duduk dibangku dengan keringat yang membasangi poninya. Jinki tampan sekali.

 

“Apa itu surat untukku?”

 

Mengambil surat merah muda itu dari tangan Gweboon. Gweboon tak dapat berbuat apa-apa karena pada surat tersebut tertera nama Jinki.

 

“Oh. Memang untukku.”

 

Lalu memasukan surat dari Taemin tersebut kedalam tasnya. Gweboon semakin cemas. Bahkan ketika Jinki menutup tasnya, Gweboon masih berharap surat tersebut terbang keluar dengan sendirinya.

 

“Ada perlu denganku?”

 

“Ah. Tidak ada.”

 

Jinki memang belum membaca surat dari Taemin. Tapi Gweboon sudah merasa perasaan Taemin sudah tersampaikan pada Jinki. Dan itu membuat harapannya untuk menjadi kekasih Jinki musnah.

 

Kakinya lemas bahkan untuk berjalan menuju mejanya. Dalam hati masih berdoa semoga surat itu menghilang ditelan bumi.

 

 

 

********

 

Pekan olah raga memeriahkan atmosfir sekolah. Beraktivitas diluar sekolah adalah kesenangan tersendiri bagi siswa.

 

Gweboon sudah siap dengan kaos tim kelasnya. Beberapa menit lagi gilirannya dengan Minho untuk lari berpasangan.

Tidak ada ekspresi senang seperti siswa lainnya diwajah Gweboon, hatinya sedang kalut. Terutama karena beberapa hari ini Jinki dan Taemin terlihat sering berbincang.

 

Mungkin iya berlebihan jika Gweboon merasa hidupnya sudah berakhir. Tapi memang itulah yang dirasakannya.

                                         

Berkali-kali menyalahkan diri sendiri karena tidak berani bahkan untuk memberikan sepucuk surat cinta kepada Jinki. Pengecut sekali.

 

“Peserta diharapkan bersiap-siap!!”

 

Seru panitia memecahkan lamunan Gweboon. Dia berjalan lemas menuju trak larinya. Sorak riuh dukungan dari kelasnyalah, satu-satunya semangat untuk Gweboon berlari.

 

Seorang lelaki berdiri disamping Gweboon. Berjongkok untuk mengikatkan selembar tali pada kakinya pada kaki Gweboon. Melihat sosok lelaki itu, Gweboon membelalakan matanya.

 

“Jinki ssi?”

 

Jinki tersenyum saat berdiri. Gweboon masih belum mengerti mengapa pasangan larinya adalah Jinki.

 

“Minho baik-baik saja?”

 

“Dia disana.”

 

Menunjuk pada seorang lelaki jangkung yang duduk dibangku bersama peserta lainnya. Minho terlihat baik-baik saja. Lalu mengapa Jinki menggantikan tempat Minho?

 

“Kita samakan langkah kita. Kaki kanan atau kiri lebih dulu?”

 

“Kanan.”

 

“Baiklah. Kalau begitu kaki kiriku.”

 

Gweboon terus tersenyum. Tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya ketika tangan Jinki merangkul bahunya. Juga ketika tangan Gweboon ragu untuk menyentuh punggung Jinki.

 

“Kau siap?”

 

Tak pernyataan siap dari Gweboon selain senyum. Andai Jinki tahu batapa bahagianya Gweboon saat ini.

 

“Setelah ini bagaimana kalau besok kita kencan.”

 

Dor!

 

Mendengar letusan senjata keduanya berlari. Jinki tertawa karena walau tanpa latihan. Langkah mereka bisa serasi.

Sedangkan Gweboon, meskipun sedikit linglung setelah mendengar ajakan Jinki, dia berusaha untuk konsentrasi pada langkahnya.

 

Dan pada kahirnya keduanya terkekeh sepanjang trak lari. Gweboon tertawa karena Jinki tertawa.

 

 

………

 

 

 

“Aku pulang!!”

 

Begitu menapakkan kakinya dirumah, Gweboon berlari menuju kamarnya.

 

Melempar tasnya setelah sampai di kamar. Kemudian mencari-cari sebuah surat yang sempat dia lemparkan disudut kamarnya.

 

Bagaimana dengan Taemin? Mengapa Jinki mengajakku kencan? Apa surat Taemin begitu jelek sehingga Jinki tidak menerima surat Taemin?

Pertanyaan itu terus berputar dikepala Gweboon. Saat ini Gweboon ingin sekali membaca isi surat Taemin. Seburuk apakah si surat merah muda?

 

“Ketemu!”

 

Berseru ketika menemukan surat merah muda disela-sela tumpukan majalahnya. Membuka surat tersebut dengan terburu.

 

Matanya kian terbelalak seiring dengan deretan kalimat yang sudah dibacanya.

 

Yang dibacanya kini bukanlah surat cinta Taemin! Tapi laporan Taemin kepada Jinki bahwa dia merasa Gweboon eonninya menaruh hati pada Jinki.

 

Terharu. Taemin bukan meminta Gweboon sebagai mak comblangnya. Tetapi Taemin lah yang berperan sebagai mak comblang disini.

 

Dengan cepat Gweboon meraih selfonnya. Menekan tombol kontak Taemin dan menunggu seseorang mengangkat panggilannya.

 

“TAEMIN AH!!!”

 

Berteriak meluapkan kebahagiannya ketika mendengar suara Taemin mengatakan hallo.

 

 

-Tamat-