( FF AFTER STORY BARBY SITTER) SCHOOL DESASTER part 2

 

Main Cast:

JIBON

 

Support Cast:

Joon

Jees

Yoogeun

MINYON

Minyeon

Amber

Kyuhyun

Bubu

 

Genre:

Comedy

 

Leght:

twoshot

 

Rating:

General

 

 

 

#Author POV

 

 

Meja yang bergetar hebat membuat siswa yang semula menulis diatasnya mematung. Matanya tak henti-henti memperhatikan setiap benda yang bergerak dengan sendirinya. Hingga pada akhirnya sebuah bolpoin bergambar barby terjatuh kelantai, membuatnya tersadar bahwa seluruh ruangan kelasnya bergoyang. Sadar akan hal ini, siswa yang kurang penting untuk diberitahu namanya ini berlindung dibawah meja persis seperti apa yang guru dan teman-temannya lakukan. Memeluk kedua lututnya sambil berdoa, sementara temannya yang lain sibuk saling berma’afan seakan ini adalah akhir hidup mereka.

 

Lampu diruangan tersebut mulai padam. Kaca mulai pecah dan dinding mulai retak. Guncangan pada gedung sekolahnya semakin kencang. Teriakan mulai terdengar dari penghuni gedung tersebut. Teriakan yang berasal dari banyak namja, karena sekolah ini adalah sekolah khusus namja. Siswa tidak penting ini semakin mengernyitkan keningnya, dikepalanya hanya dipenuhi dengan noonanya. Dia ingin meminta ma’af karena sudah mengambil bolpoin barby milik noonanya tanpa izin.

 

Apakah ini kiamat? Atau gempa bumi?

 

Kita beralih keluar gedung.

Seorang namja yang sudah perkasa sejak bayi sedikit demi sedikit melemahkan guncangan yang dibuatnya pada sebuah gedung. Bagaikan mengguncangkan sebuah lemari pakaian yang sudah digigiti rayap, mengguncangkan sebuah gedung lima lantai adalah mudah baginya. Kita-tahu-siapa-dia- iya kan?

 

“Stop!”

 

Mendapatkan aba-aba dari seorang berambut pirang, Joon menghentikan aktifitasnya. Beralih memandangi sang yeoja chingu dengan stopwatch ditangannya.

 

“Ok, sudah satu menit. Lebih dari satu menit seseorang akan mencoba melompat dari lantai lima.”

“Hanya satu menit? Padahal aku ingin melihat seseorang jatuh dari atas.”

 

Berjalan perlahan mendekati yeoja chingunya yang sedang menjilati ice cream sambil bersender pada sebuah pohon.

 

“Baiklah, tinggal menunggu surat teguran dari kepala sekolah.”

 

******

 

 

Waktu menunjukan pukul 5:59 pagi. Begitulah yang dilihat seorang yeoja dari jam tangannya sendiri. Memejamkan matanya beberapa detik, kemudian mengambil nafas sedalam mungkin. Mempersiapkan mental untuk sebuah pertempuran.

Jess menghembuskan nafasnya perlahan dengan tetap memejamkan matanya. Sekolahnya masih sepi, dia bahkan dapat mendengar detakan jarum pada jam tangannya sendiri.

 

Thek!

 

Jarum jam yang lebih panjang akhirnya menyentuh angka dua belas. Pukul enam pagi tepat. Dan Jess membuka matanya.

 

Dipandanginya sekali lagi lorong sekolah yang sepi. Membulatkan tekadnya. Menyemangati dirinya sendiri dengan sebuah lipstick digenggaman.

 

“Fighting!”

 

Berlari kecil menuju ruang kepala sekolah. Mencari sebuah kursi untuk memudahkannya menggapai sebuah foto yang terpajang pada dinding yang cukup tinggi.

 

Kursi yang dia dapat tidak ada yang cukup tinggi. Bersusah payah menggeser meja kepala sekolah ketepi dinding. Menaikinya, tidak peduli alas kakinya menginjak entah dokumen apa. Yeoja ini hanya berkonsentrasi untuk membuat foto kepala sekolah dan wakil kepala sekolah seburuk mungkin. Dengan lipstick miliknya.

 

Membuat mata kepala sekolah menjadi merah dengan lipstiknya. Memberikan efek api pada kepala bapak kepala sekolah. Membuat tato hati pada pipi bulat namja nomor satu disekolahnya. Dan membuat bibir tipis kepala sekolah seolah baru saja tersengat ribuan nyamuk. Penuh bentol.

 

Menggaruk kepalanya, seraya berfikir apa yang akan dia lakukan pada foto wakil kepala sekolah. Tersenyum. Kemudian tangannya menari diatas foto orang nomor dua disekolahnya. Terkekeh-kekeh membayangkan ekspresi orang yang akan melihat hasil tangannya. Wakil kepala sekolah berubah menjadi yakuza berkerudung merah.

 

******

 

 

Mata bulatnya melirik kesetiap arah. Mencari sesuatu? Namja remaja tanggung ini sedang memikirkan sesuatu. Mengabsen setiap benda atau apapun yang dilihatnya. Berharap mendapatkan sebuah ide. Ide yang seharusnya sudah ia siapkan jauh-jauh hari.

 

Memanyunkan bibirnya sambil menggaruk puncak kepala. Dia menyesal mengapa waktu luang yang ia miliki selama ini hanya dihabiskan untuk menempelkan foto-foto Minyeon pada diarynya. Seharusnya, jika mengikuti jadwal rencana yang dibuat hyungnya, pada saat ini disekolahnya sudah terjadi kerusuhan.

 

Melihat sekelilingnya. Putus asa. Sekolahnya ini damai sekali. Anak laki-laki bermain basket, bahkan berlomba untuk mengalah. Hingga akhirnya banyak yang memasukan bola kedalam keranjang tim sendiri.

Sedangkan anak perempuan, mereka bergosip ria ditaman sekolah dan kantin. Berkomplot untuk menyebarkan gossip hangat terbaru. Seorang guru baru tertangkap basah sedang menggoda ibu kantin demi mendapatkan makan siang gratis. Cih! Yoogeun tidak peduli dengan gossip seperti itu.

 

Kakinya menendang kerikil demi kerikil. Tak terasa kini langkahnya membawa Yoogeun ke gerbang sekolah. Tersentak saat melihat penjaga sekolah sudah menghadang jalannya. Dia tidak berniat untuk kabur. Hanya tersesat.

 

Membalikan badannya. Kembali menuju kelas. Berfikir semakin keras sambil terus menendang kerikil. Sebelum bel istirahat selesai, harus menemukan cara apabila tidak Joon akan_ aiishhh! Tak sanggup membayangkan apa yang akan Joon lakukan padanya.

Semakin kesal dengan dirinya yang lemah. Merenggut tangannya keras-keras. Andai dia seperti Joon, dapan meratakan sebuah gedung dalam satu detik. Menendang keras batu kerikil kearah sebuah gedung yang sedang direnovasi tampak sedang mengolok-ngoloknya.

 

BRUGHH BRAKK GEDUBRAG BANG PRANK!!

 

Tangan Yoogeun bergetar hebat. Dia berencana untuk mengambil langkah seribu.

 

“YA!!! KAU!!!”

 

Namun penjaga sekolah sudah memergokinya lebih dulu. Batu kerikil yang ditendangnya tepat mengenai titik lemah gedung tersebut. Sehingga gedung tua tersebut hancur dengan sendirinya.

 

“Eoddokhae?”

Berbisik pada dirinya sendiri. Bagaimana jika penjaga sekolah ini melaporkan kepada kepala sekolah bahwa dialah yang menghancurkan Gedung. Tapi bukan kah itu berita baik? Yoogeun baru saja melaksanakan rencananya!! Yeaayyy!!! Berhasill!!

 

******

 

Yoogeun merapatkan kedua lututnya. Kedua tangannya meremas kuat lututnya sendiri. Menengok kesamping kiri dan kanannya. Seperti meminta pertolongan kepada hyung dan noona yang duduk mengapitnya.

 

Joon hanya menguap. Bosan, tak ada benda disekitarnya yang dapat ia hancurkan. Untuk membunuh waktu, mendengarkan jutaan kata yang keluar dari mulut ummanya. Sangat membosankan. Sangat sangat membosankan. Maka Joon mengambil remote televisi yang tergeletak didekatnya.

 

“JOON!!”

 

Mengurungkan niatnya untuk meremas remote televisi. Mata kucing ummanya yang tajam membuatnya meletakan kembali remote televisi. Lalu menghempaskan tubuhnya bersandar pada sofa. Jinjja! Duduk selama dua jam tanpa melakukan apa pun membuat Joon ingin mati saja.

 

Sedangkan Jess. Tersenyum puas. Memandangi satu persatu kuku pada jari tangannya. Lalu meniupkan udara agar sisa kuku yang terkikir menyingkir dari kuku indahnya. Kukunya sudah mengkilap sempurna.

 

“Pantas saja kau tertunduk sejak tadi!”

 

Gweebon mengambil paksa alat kikir kuku yang Jess sembunyikan dibalik bantal kursi. Tidak masalah ummanya menyita alat kesayangannya. Dia sudah puas dengan pekerjaannnya, menghaluskan kukunya selama dua jam hingga tak ada satu pun yeoja disekolahnya yang dapat menyaingi kilapan kukunya.

 

“Jinjja! Kalian bisa membuat tua lebih cepat.”

 

Menghembuskan nafasnya. Bukan karena sudah dua jam Gweboon menceramahi ketiga anaknya tanpa henti. Tapi karena tampaknya, semua kata yang keluar dari mulut Gweboon tidak satu pun masuk dikepala Joon dan Jess.

 

“Aku tidak mau kalian membuatku menghadap kepala sekolah lagi. Arraseo!”

 

Ketiga anaknya hanya mengangguk malas. Lalu Gweboon pergi dari ruang keluarga. Meninggalkan ketiga anaknya yang masih duduk berjajar disofa dengan pasrah. Pasrah karena kini mereka harus menghadapi dua jam mendengar ceramah appa mereka.

 

Jinki masuk setelah Gweboon keluar dari ruang keluarga. Appa yang terlihat frustasi ini duduk di kursi didepan anak-anaknya. Memandangi satu persatu anaknya. Mulai dari Joon, Yoogeun, kemudian Jess yang tersenyum manis kearahnya.

 

“Haaahhh~”

 

Menghela nafas panjang. Memijit keningnya sendiri. Memikirkan apa salahnya sehingga hal memalukan ini terjadi padanya? Karma kah? Tapi jika karma, seharusnya saat ini Joon sedang membully Yoogeun. Bukan membuat kerusuhan disekolah.

 

“Siapa yang bertanggung jawab atas semua ini?”

 

Tidak ada yang menjawab.

 

“Apa alasan kalian melakukan ini?”

 

Masih tidak ada yang menjawab.

 

“Baiklah. Aku tidak mau membuang waktuku. Uang saku kalian berkurang 50%.”

 

Jess tersentak. Jika uang sakunya berkurang, maka dia tidak bisa membeli lipstick baru. Untuk mengganti lipstick yang habis yang ia gunakan untuk mencoret foto kepala sekolahnya.

 

“Andweyo appa~. Jangan potong uang sakuku~ ne?”

 

Merengek pada Jinki. Berlutut didepan ayahnya dan menggenggam erat kedua tangan appanya itu. Jinki memalingkan wajahnya. Tidak mau hatinya luluh oleh rengekan Jess. Lalu membuatnya menarik kembali keputusannya untuk menghukum anak-anaknya. Jinki sudah menjadi appa. Dia harus tegas.

 

“Keputusanku sudah bulat. Seharusnya kalian memikirkan konsekuensinya sebelum bertindak.”

 

Jess melepas tangan Jinki agak kasar. Kesal. Lalu duduk kembali sambil menyilangkan kedua tangannya didada. Menyesal kenapa harus lipsticknya yang ia pakai. Kenapa tidak mengambil lipstick ummanya saja. Rrggggh! Kekesalannya memuncak. Orang tuanya bahkan tidak bersatu untuk memarahi mereka. Masih tidak saling bicara. Justru semakin buruk.

 

 

******

 

 

Sarapan pagi ini didominasi oleh suara sumpit. Tidak ada satupun dari kelima penghuni rumah yang berbicara. Jess tidak dapat makan sedikit pun, hanya sanggup meneguk segelas susu. Berbanding terbalik dengan Joon. Dia sangat lahap. Tidak menyisakan sebutir nasi pun dimeja makan. Joon butuh asupan tenaga lebih untuk hari ini.

 

Kondisi rumah ini semakin mencekam. Akan lebih mencekam seandainya Jinki dan Gweboon tahu Joon sudah merencanakan untuk membuat kerusuhan lagi disekolah. Karena sejoli yang sedang tidak saling menyapa ini tidak menyadarinya, mereka hanya melambaikan tangan mereka pada anak-anak mereka yang akan berangkat kesekolah. Berharap mereka belajar dengan baik di sekolah.

 

“Ini.”

 

Jess terkejut melihat uang ditangannya. Joon menaruh sebilah uang ditangan Jess. Lalu berjalan mendahuluinya merangkul Yoogeun. Ia tidak mengerti mengapa Joon memberikan semua uang sakunya. Lalu bagaimana Joon membayar makan siang?

“Oppa!”

 

Berlari menyusul kedua saudara yang berjalan didepannya. Memilih untuk berjalan disamping Joon. Sedikit berlari untuk menyamai irama langkah Joon dan Yoogeun yang lebih cepat.

 

“Bagaimana denganmu oppa?”

“Teman-temanku punya banyak uang.”

 

Ouh~ Jess lupa siapa Joon. Kenapa harus merasa terharu telah menerima uang saku Joon? Teman Joon pasti lebih suka tidak makan siang dibanding harus makan siang dirumah sakit.

 

“Oppa, hari ini apa rencanamu?”

 

Joon hanya tersenyum menjawab pertanyaan Jess.

 

 

******

 

 

“Apa mereka sudah sampai?”

“Sebentar lagi.”

 

Hanya duduk bersila ditengah lapangan. Memandangi langit cerah yang hampir tak berawan. Sinar matahari menyilaukan mata Amber. Yeoja berpenampilan seperti namja ini memilih untuk tidak memandangi langit lagi. Lanjut menjilati ice cream tanpa menghiraukan siswa lain yang memperhatikan dari luar lapangan.

 

Tak ada yang dapat mereka perbuat selain menuruti perintah Joon untuk mengosongi lapangan. Beria yang beredar bahwa Joon akan memanggil alien membuat seluruh sekolah penasaran. Banyak dari mereka yang ikut membolos dan memperhatikan langit sejak satu jam lalu.

 

“Untuk apa kau memanggil mereka?”

“Aku ingin masuk koran.”

 

Amber sama sekali tidak terkejut dengan keinginan baru pacarnya. Sudah terbiasa. Walau dia tidak mengerti kenapa, dia tidak ambil pusing. Lebih suka untuk mengetahuinya saat semuanya telah terjadi.

 

“Mereka datang.”

 

Joon berhenti memandangi langit. Seiring dengan datangnya awan hitam secara tiba-tiba. Joon berdiri dan terus memandangi gerbang sekolah.

 

Bumi bergetar. Kerikil-kerikil seakan berusaha untuk lari dan melompat. Langit bergemuruh, dan suasana semakin mencekam ketika suara semakin jelas terdengar. Sesuatu mendekat. Angin pun bertiup kencang ikut meramaikan.

 

Suara bising itu semakin jelas. Dan berasal dari arah gerbang sekolah.

 

BRUMM!! BRUMM BRRUUMM!!

 

Sebuah motor besar memasuki halaman sekolah Joon. Seluruh siswa terbelalak saat melihat dua tank baja menyusul dibelakang motor tersebut. Kedatangan tiga truk penuh dengan namja-namja bertampang bringas dan mesum mampu memukul mundur siswa yang berkumpul di luar sekolah. Semua siswa berlari, berlindung kedalam gedung sekolah.

 

Sesaat setelah truk-truk tersebut berhenti dipekarangan sekolah, ribuan namja turun dari truk memenuhi pekarangan sekolah. Namja-namja berpakaian serba hitam tersebut berteriak membuat kebisingan. Bahkan ada diantara mereka yang mengaum kearah Joon. Joon dan Amber tidak bergerak. Masih pada tempat mereka.

 

Setelah semua namja berpakaian hitam memenuhi pekarangan sekolah dan lapangan, mereka semua diam. Angin kembali menerpa siapa saja yang berdiri dilapangan.

 

KRING~ KRING~

 

Tak lama setelahnya, sebuah sepeda membelah kerumunan. Kontras dengan namja-namja berpakaian serba hitam yang mengelilinginya. Namja yang mendayuh sepeda putih dengan keranjang didepannya tersebut sangat putih. Pakaian serba putih. Sepatu putih.

 

CKTIIIIIIIITTTTTT~

 

Membuat perbenhentian sepedanya terlihat dramatis. Hingga debu pasir lapangan berterbangan bagaikan asap. Tidak turun dari sepeda. Membiarkan angin menghempas rambut panjang putihya. Kemudian bertemu tatap dengan Joon.

 

Namja putih tersebut ketua dari geng ‘Alien’. Atau begitulah masyarakat menamai geng yang bahkan dikutuk oleh awan hitam. Tidak ada yang tahu darimana mereka berasal. Kapan mereka datang. Dan apa nama geng mereka.

 

Tidak ada yang berani menantang geng ‘Alien’ ini. Termasuk FBI sekalipun.

 

“Siapa yang memanggil kami?”

 

Joon menarik sebelah ujung bibirnya hingga lesung pipinya terlihat. Dan hari ini. Entah untuk apa. Joon menantang ‘Alien’. Hanya dengan duduk bersila dan menengadahkan kepala kelangit. Dan menyebut kata ‘lapar’ tiga kali. Maka ‘Alien’ akan datang.

 

Ketua geng ‘Alien’ turun dari sepedanya. Menurunkan standar sepeda, kemudian membersihkan debu pasir yang menempel pada jok sepedanya.

 

Joon menendang pasir sehingga debu pasir yang ditendangnya menyembur kearah ketua ‘Alien’. Ketua ‘Alien’ tersebut hanya bersungut, kembali membersihkan debu yang menempel pada sepedanya.

 

Setelah memastikan sepeda kesayangannya bersih, debu pasir kembali menyerangnya. Kali karena ulah Amber.

 

Geram, merasa dipermainkan oleh anak ingusan. Tangannya mengepal keudara. Lalu menunjuk kearah Joon.

Mendapatkan sinyal dari ketuanya. Namja-namja hitam tersebut berteriak, berlari kearah Joon dan Amber.

 

Bukan Joon jika dia lari terbirit diserang oleh ribuan orang. Joon justru lari kearah pepohonan. Mencabut dua pohon sekaligus, lalu melemparnya kearah kerumunan namja hitam.

 

BRAAGGHHHK!

 

Puluhan dari mereka tertimpa pohon. Namun tak membuat sisanya mundur. Beberapa dari jumlah mereka yang cukup banyak berlari menghampiri Amber. Seolah tidak takut, Amber dengan ice cream ditangannya berlajan santai menuju gedung sekolah.

 

Satu meter mendekat kearah Amber, sebuah tiang basket mendarah menindih barisan terdepan yang akan menyerang Amber. Amber tersenyum meremehkan namja-namja hitam yang tertimpa tiang basket. Kini Amber duduk dibawah pohon, bergabung bersama Kyu yang sedari tadi hanya menonton.

 

Dalam hatinya, ketua ‘Alien’ tersebut cukup tercengang dengan kemampuan super Joon. Tapi gengsinya sebagai ketua membuatnya tetap berdiri tegak menyaksikan anak buahnya tertindih satu persatu.

 

BRRUUKKKKK!!

 

Mobil kepala sekolah mendarat terbalik didepan sang ketua ‘Alien’. Namja putih tersebut membelalakan matanya. Mundur satu langkah dan bersyukur dalam hati dia masih selamat.

 

Tidak memakan waktu satu menit. Semua namja hitam sudah terkapar tertindih berbagai macam benda. Bahkan tank baja kebanggaan mereka pun terbalik menimpa tuannya.

 

Tersisa namja putih seorang. Berdiri tegap diterpa angin. Tidak lagi memperdulikan sepedanya yang hancur tertimpa patung pendiri sekolah.

 

Joon merenggangkan otot lengan dan lehernya seraya melangkah menghampiri namja putih. Membersihkan debu yang menempel pada seragamnya. Sangat tenang, ketua ‘Alien’ membuat dirinya setenang mungkin. Dan mengira-ngira benda apa yang akan Joon lempar dan jatuh menimpanya.

 

Langkah Joon terhenti. Jarak antara kedua namja ini hanya sepuluh centi. Joon bangga ternyata dia lebih tinggi dari si namja putih. Mengangkat dagunya, menyombongkan tinggi badannya.

 

Tretekk~ tretek~

 

Bunyi jari tangan yang Joon remas sendiri. Mengisyaratkan bahwa tangan Joon gatal. Ingin segera menghabisi ketua penggemar sepeda ini. Mengangkat tubuh namja putih hanya dengan menarik kerahnya tinggi-tinggi.

 

“JOONNN!!!!”

 

Teriakan tenor seorang yeoja. Menggetarkan seisi sekolah.

Yeoja dengan rambut caramel bergelombang. Berjalan tergesa dengan kaca mata hitam yang menutupi sebagian wajah mulusnya. Bibir keriting peach yang mendesis kesal melihat anak sulungnya lagi-lagi membuat kekacauan disekolah.

 

Menginjak kaki seorang namja yang tergeletak dengan sepatu high heelnya, tanpa merasa bersalah. Matanya focus pada Joon yang hampir menghajan namja serba putih.

 

“Kau! Selama satu minggu harus membersihkan kandang Bubu!”

 

Berkaca pinggang didepan Joon. Melepas kacamata hitamnya. Menerkam Joon dengan matanya yang tajam. Terus menghujani Joon dengan tatapannya, sampai Joon menyerah dan menurunkan si namja putih.

 

Mata kucingnya kini menatap si namja putih. Turut berdecak kesal. Menghembuskan nafas panjang.

 

“Kau putih! Tidak pergi kesekolah huh! Apa umma mu tidak memarahimu! Nappeun namja!”

 

Memukul namja putih dengan tas lengan guccinya. Menahan emosinya yang memuncak dengan mengelus dadanya. Setelah merasa tenang. Gweboon menarik daun telinga kedua namja yang ada didepannya. Menyeret mereka keruang kepala sekolah. Dan bertanggung jawab atas kekacauan yang mereka buat.

 

******

 

 

Sebuah foto dengan pose paling menawan terpampang disebuah Koran. Disamping foto namja sipit tersebut adalah foto Tom Cruise. Dibawah foto mereka, tertulis bahkan Lee Jinki mengakui bahwa Tom Cruise lebih tampan darinya. Lalu tertulis tanda tangannya, diperuntukan untuk istrinya Gweboon yang paling cantik sedunia.

 

Setelah melihat Koran pagi hari ini. Senyum Gweboon tak henti-hentinya mengembang. Senyum penuh kemenangan. Tapi tidak dengan ketiga anaknya dan Jinki suaminya. Mereka duduk disofa memperhatikan Gweboon yang sudah tiga jam menelantarkan mereka hanya untuk berbetah diri melihat Koran.

 

Bukan Joon yang masuk berita Koran. Tapi justru Jinki. Bagaimana bisa?

 

Pagi itu. Gweboon marasa ada yang salah pada anak laki-lakinya yang perkasa. Joon memakan buncis keriting dan itu sangat tidak wajar. Joon membenci buncis keriting. Bahkan melihatnya saja sudah membuat Joon ingin meratakan rumah dengan tanah. Tapi pagi itu, hanya Gweboon yang menyadarinya.

 

Insting seorang umma membuatnya membuntuti Joon. Dan menangkap basah putra sulungnya sedang mengacau.

 

Setelah meminta maaf pada pihak kepala sekolah, Joon dan namja putih berbaikan.

Seluruh pihak yang terlibat sepakat untuk tidak memberitakan kekacauan yang baru saja memporak porandakan sekolah. Karena namja putih tetap ingin keberadaan ‘Alien’ tetap misterius. Gweboon menyetujuinya, Joon terpaksa menyetujuinya. Karena mulai detik itu, namja putih meminta Gweboon sebagai ketuanya.

 

Kini tidak ada lagi geng ‘Alien’. Tapi Hot Barb semakin meluas. Tugas Hot Barb hanyalah, membangun keluarga yang bahagia.

 

Lalu apa hubungannya dengan Jinki?

Setelah mengungkapkan alasannya membuat kekacauan pada ummanya. Joon memaksa Jinki untuk membuat pernyataan bahwa Jinki tidak lebih tampan dari Tom Cruise.

 

Begitulah. Awal dari Gweboon dan Jinki yang tidak saling menyapa adalah. Mereka bertengkar. Itu karena Jinki geram mendengar istrinya terus memuji Tom Cruise selama menonton MI2. Merasa tersaingi, Jinki berkata bahwa dirinya jauh lebih tampan dari Tom cruise. Gweboon lebih tahu tentang kebenarannya, dia tidak terima apa yang dikatakan suaminya. Sepasang suami istri ini terus beradu argumentasi. Hingga akhirnya Gweboon tidak mau bicara pada Jinki jika suaminya itu tidak ikut memuji Tom Cruise.

 

Hanya masalah sepele.

 

Haaaahhh~ masalah sekecil ini membuat Seoul menjadi kacau. Tapi karena hal kecil ini. Keluarga Gweboon berkumpul lengkap dirumahnya.

 

“Umma! Kami lapar.”

 

Yoogeun memegang perutnya yang sudah dua jam bernyanyi.

 

“Tunggu sebentar lagi.”

 

“….”

 

Ting~ Tong~

 

Jess dengan langkah malas berjalan untuk membukakan pintu. Belum ada makanan yang masuk kedalam perutnya membuat langkahya jontai.

 

“PAGII!!”

 

Taeyon menyapa dengan semangat keponakan perempuan satu-satunya. Mencium kedua pipi Jess kemudian masuk kedalam rumah dengan bingkisan ditangannya. Menyusul setelah Taeyon, Minho dan Minyeon tertatih membawa sebuah box besar.

 

“Apa yang kalian bawa?”

 

Jess ingin tahu apa isi box yang tampak sangat berat tersebut. Membantu paman dan sepupunya membawa masuk box tersebut. Dan menaruhnya di atas meja makan. Lalu Minho membuka box yang dibawanya.

 

“Kyaaaaaa!!!!! Makanaaaannn!!!”

 

Teriakaan Jess membuat tiga namja yang kelaparan beranjak dari duduk mereka. Menyerbu makanan yang menjadi sarapan mereka.

 

“Jadi benar kalian kelaparan. Hyung?”

 

Jinki hanya mengangguk melahap sarapannya. Dan Minho hanya menggeleng sambil terkekeh.

 

Sementara Taeyeon. Dia bergabung bersama Gweboon untuk membicarakan foto yang hari ini menjadi berita besar di kota Seoul.

 

Seperti inilah gambaran keluarga bahagia Kim Gweboon. Semuanya bahagia, walau tak tampak. Dari dalam hati mereka. Mereka saling mencintai satu sama lain.

 

“Apa kau sudah punya pacar?”

Tanya Yoogeun pada yeoja kecil yang entah sejak kapan sudah hampir menyamai tinggi Yoogeun.

 

“Belum. Wae?”

“Ahni. Hanya ingin bertanya.”

 

Tersenyum dengan wajah yang merona. Yoogeun melahap makanannya dengan terus tersenyum.

 

Tuk!

 

Sebuah tulang ayam mendarat dikepala Yoogeun. Membuat namja pemilik mata bulat ini menengadah kearah sipelaku pelemparan.

 

“Ya! Sebelum kau dengan Minyeon! Bantu aku mendapatkan Kyu oppa!”

 

Ternyata Jess cemburu pada kedekatan adik dan sepupunya. Karena urusannya belum terselesaikan.

 

-tamat-