(STRAIGHT/sequel/Part 3) PAY BACK

Cast:

  • Lee Jinki
  • Kim Jonghyun
  • Narim
  • Nana

Genre:

Romance, Teary

Annnyeeeeooooonnngggggg~ saya Masih Kim JongGey a.k.a calon istri ‘tua’ Kim Jonghyun (sudah lama tidak menyandang gelar ini) Akhirnya!! Part 3 rampung juga.. tp ini bukan part end..entah kenapa bikin FF 4 part sudah mendarah daging.. sudah berniat akan menamatkannya di part 4.. ^^

Ternyata banyak juga reader setiaku..*mulai besar kepala* yang selalu RCL dari FF awal sampe FF ini..gomawo~ *bow*

RCL kalian adalah semangat bagi setiap author untuk terus melanjutkan FFnya.. mau jelek atau bagus tetap dinanti RCL nya..


Narim POV

‘Aku sudah jatuh cinta pada calon istrimu’

Aakkkkkhhhhhhh!!! Kata-kata Jinki oppa masih terus terniang dikepalaku. Aku merasa sudah berdosa karena membuat hyung dan dongsaengnya tidak saling sapa hingga sekarang. Dan juga karena aku malah jatuh pingsan setelah Jinki oppa mengatakannya. Ternyata bukan jantung Jinki oppa yang lemah, tapi jantungku.

Sudah dua bulan ini jadwalku menjadi semakin padat. Pagi bahasa inggris, siang menyulam, sore table manner, malamnya aku sudah ditarik Jonghyun oppa keliling kota Seoul, melihat pemandangan-pemandangan menakjubkan lainnya yang hanya diketahui oleh Jonghyun oppa. Membuat setiap malam selalu menyenagkan.

Hari sabtu dan minggu aku menemani Jinki oppa terapi. Sudah janjiku mendukungnya. Jinki oppa sengaja memilih hari liburku agar aku bisa menemaninya. Jinki oppa meminjamkanku beberapa buku-bukunya, untuk kubaca saat menunggunya. Buku-buku yang daebak!! Banyak yang dapat kita pelajari dari buku-buku Jinki oppa. Saat ini Jinki oppa sudah dapat berjalan, hanya saja tidak dapat berjalan terlalu jauh. Dia akan banyak mengeluarkan keringat dan kehabisan nafasnya apabila terlalu lelah.

Dua namja yang berbeda. Api dan air. Jackob dan Edward mungkin??. Jonghyun oppa mengajariku cara menikmati hidup. Sedangkan Jinki oppa mengajariku cara menghargai hidup.

Hahhhh…aku masih bingung.. dimana posisiku sekarang?? Jangankan aku. Calon mertuaku pun tidak dapat memutuskan.

Ternyata dari tadi aku terus menatap langit-langit kamar mandi, kuangkat tangan kananku yang basah mencoba menyentuh langit-langit. Terlalu tinggi. Tak sampai. Aku menjatuhkan kembali tanganku, menyerah.

Hari ini pakaianku blus tartan merah dan rok jeans hitam. Sama seperti Jonghyun oppa, dia memakai kemeja tartan merah dan jeans hitam. Kenapa dia terlihat lebih keren dibanding denganku?

Sarapan yang menegangkan, seperti perang. Perang yang sunyi. Jonghyun oppa tidak menghiraukan keberadaan Jinki oppa dimeja makan, begitu juga sebaliknya.

Jinki POV

Aku memaksakan diriku selalu ikut sarapan dengan mereka. Makanannya tidak enak. Aku ingin selalu melihat Narim saat sarapan. Waktuku bersama Narim menjadi semakin sedikit sejak Jonghyun selalu mengajaknya pergi sehabis makan malam. Dongsaengku ini memberikan perlawanan rupanya.

Hari ini mereka mengenakan pakaian yang sama lagi, setiap hari mereka memakai pakaian yang sama. Cih! Seperti anak kecil saja.

“Narim, sampai kapan kau mengenakan pakaian yang sama?? Kekanak-kanakan sekali..” aku lihat Narim sedikit terkejut karena perkataanku, tapi Jonghyun tidak tergubris sedikitpun. Dia pura-pura tidak mendengar.

“Oppa..hari ini kau kerumah sakit??” maksud Narim mungkin kenapa aku masih disini? Padahal hari ini aku akan menjalani operasiku. Semalam aku sudah berada dirumah sakit, tapi aku memaksa untuk pulang, aku ingin sarapan bersama Narim.

“Aku akan kembali setelah sarapan..” jawabku.

“kau membuatku khawatir saja..aku kira oppa mengurungkan niatmu..” Narim yang manis, dia selalu menghawatirkanku.

“kami akan mengantarmu..” kami? Apa maksud Narim Jonghyun juga ikut? Kulihat Jonghyun masih tidak menghiraukanku. Dia asik dengan sarapannya. Apa makanannya enak?

//

Narim POV

Aku tertidur diruang tunggu. Bodoh sekali, Jinki oppa sedang berjuang dimeja operasi. Tapi kau malah tertidur? Lebih baik aku mengambil segelas kopi, atau mungkin dua gelas kopi. Jonghyun oppa masih terjaga, dia terus mengawasi pintu ruang operasi. Aku tahu dia sangat menghawatirkan hyungnya, Jonghyun oppa sebenarnya sangat menyayangi Jinki oppa.

“Oppa..” aku menawarkan segelas kopi kepada Jonghyun oppa.

“Gomawo~” dia menerimanya. Wajahnya terlihat tegang. Tidak kalah tegang dengan kedua calon mertuaku. Yang sedari tadi kulihat terus berdo’a.

“Kau belum makan dari siang? Tapi kau minum kopi? Bagaimana dengan penyakit Mag mu?” Jonghyun oppa mengambil kopi dari tanganku.

“Memangnya kau sudah makan siang oppa??” tanyaku sambil berusaha mengambil kembali kopiku, tapi Jonghyun oppa selalu menjauhkannya dari jangkauanku.

“Aku tidak punya penyakit mag..” jawabnya. Aku menyerah. Perutku memang sudah agak perih. Sudah pukul 11 malam, aku hanya mengisi perutku saat sarapan.

Aku tidak nafsu makan, terus memikirkan keadaan Jinki oppa. Keputusannya begitu tiba-tiba, membuat semua orang khawatir. Padahal operasinya sangat beresiko, apa yang ada dipikirannya?

Aduh..perutku perih sekali.

“Narim..kau pucat..”

Huh? Kenapa semuanya jadi putih?

//

Pabo! Pada akhirnya aku membuat semua orang semakin khawatir. Aku harus dirawat dirumah saki karena mag ku kronis. Aku masih harus dirawat sehari lagi.Bagaimana dengan hasil operasi Jinki oppa? Kudengar operasinya sudah selesai.

Aku memandangi Jonghyun oppa yang tertidur dikursi, dia pasti tidak tidur semalaman. Wajahnya saat tidur seperti anak kecil, Kenapa kau tampan sekali oppa? Bahkan saat kau tidur..

Seorang suster masuk kekamarku, membuat Jonghyun oppa terbangun.

“Kau sudah bangun Narim??” Jonghyun oppa menggosok-gosok matanya.

“Ne..” jawabku. “Oppa sudah sarapan?” tanyaku.

Jonghyun oppa melihat kearah jam dinding, sudah pukul 11 siang. “Maksudmu makan siang??” tanyanya dengan senyum cibirannya.

“Ne..apa oppa sudah makan siang??”

“belum..nanti saja..”

“Bagaimana keadaan Jinki oppa..??” aku sangat penasaran.

“Masih belum sadar..tapi kau tidak perlu khawatir..operasinya berjalan baik-baik saja..hyung akan sadar dalam beberapa hari..” jonghyun oppa menenangkanku, dia memandangku dengan sedikit menyipitkan matanya dan tersenyum.

DEGH!

Tuhaaaannn..kapan aku kan terbiasa dengan senyumnya??

//

Sudah dua hari berlalu sejak operasi Jinki oppa. Sebenarnya Jinki oppa sudah sadar dari kemarin, tapi baru dapat kujenguk hari ini. Jinki oppa belum bisa pulang kerumah.

“Oppa?? Bagaimana keadaanmu?” aku menaruh buku pesanannya yang kubawa dari rumah diatas meja samping tempat tidurnya.

“Masih belum dapat beraktifitas, lukaku masih basah..” aku duduk disampingnya.

Aku memberanikan diri untuk mengelus-elus punggung tangannya. “Apa sudah lebih baik??” tanyaku.

“Sangat baik..” Jinki oppa akhirnya tersenyum dan menggenggam tanganku, mata sipitnya terus menatapku. “Narim..saranghae..”

Jantungku berdetak kencang, seperti dijatuhkan dari gedung lantai 6, ah bukan lantai 10. atau mungkin lantai 100? Jantungku masih belum berhenti tenang. Apa aku akan pingsan lagi? Jinki oppa semakin menguatkan genggamannya, membuat ku kembali tenang.

“Bagaimana persaanmu padaku??” matanya terus menghujaniku.

“Aku..tidak tahu oppa..jantungku tidak bisa tenang..” jawabku mengatakan yang sejujurnya kurasakan saat ini.

“Ahahahah..” Jinki oppa tertawa, menuntun tanganku kewajahnya, kemudian mengecup tanganku lembut.

DEGH! DEGH!

Sepertinya aku akan pingsan.

//

Hari ini Jinki oppa sudah dapat pulang. Sudah dua minggu Jinki oppa dirumah sakit, sesekali aku menjenguknya, setelah berhasil meminta izin kepada guru-guruku.

Aku menunggunya duduk di anak tangga teras rumah, aku mencoba menunggunya sambil membaca buku tapi tidak berhasil. Pikiranku tidak tenang, aku simpan bukuku disampingku. Aku mulai memandangi semut-semut yang berjalan di dekat kakiku. Semut-semut itu berjajar rapih, mereka akan berciuman saat bertemu sesamanya, lucu sekali.

Oh! Kulihat sebuah mobil mendekatiku. Itu mobil yang menjemput Jinki oppa. Aku berdiri dan berjalan mendekati mobil yang sudah terparkir dipekarangan. Kulihat calon mertuaku yang turun lebih dulu, kemudian Jinki oppa. Dia melihat kearahku, dan tersenyum. Dia terlihat lebih segar, dan lebih tampan.

“Oppa!!” aku mempercepat langkahku, aku berlari menghampirinya.

“Kau menungguku??” tanyanya. “Bagaimana dengan kelasmu?”

“Aku sedang istirahat..” aku bohong, aku bolos.

Jinki oppa berjalan mendekatiku dan mengelus kepalaku. “Kau bohong..” serunya. Dia tahu.

Jonghyun oppa memandangi kami. Aku baru menyadari kalau Jonghyun oppa ikut menjemput Jinki oppa. Saat mata  kami bertemu Jonghyun oppa memalingkan wajahnya, terlihat kecewa. Aku sudah menyakitinya. Aku sudah menyakiti hatinya sejak awal karena sikapku yang plin plan. Apa aku salah jika mencitai dua namja secara bersamaan? Aku salah karena menyakiti dua namja secara bersamaan. Dan aku menyadarinya.

//

Aku terbangun lebih awal. Tap bisa tidur sebenarnya, aku terus memikirkan dimana posisiku sekarang. Jinki oppa? Atau Jonghyun oppa. Aku terus memandangi langit-langit kamarku. Putih, dan luas.

“Narim..bangun!!” Jonghyun oppa masuk tanpa mengetuk, aku sudah terbiasa.

“Aku sudah bangun oppa..” aku turun dari ranjangku yang masih nyaman ini.

Aku terkejut melihat Jonghyun oppa membawa handycam, dan sedang merekamku.

“Oppa?? Apa kau sedang merekamku??” aku merapihkan rambutku, setidaknya agar tidak terlalu kusut saat dikamera.

“Ne!” jawabnya, aku melihat Jonghyun oppa sudah rapih, seperti biasa. Kali ini memakai polo shirt berwarna biru tua, diikatkannya sweater merah marun melingkar dibahunya, celana coklat muda dan sabuk merah marun. Pakaian itu membuatnya menjadi lebih tampan, ah tidak! Jonghyun oppa memang selalu terlihat tampan. Apakah aku akan cocok dengan pakaian itu? Karena saat aku selesai mandi, aku akan menemukan pakaian yang serupa menggantung diclosetku. Jonghyun oppa senang sekali menyamakan pakaiannya denganku.

Aku berjalan menuju kamar mandi, Jonghyun oppa mengikutiku dengan handycamnya.

“Oppa?? Kau tidak akan merekamku mandi kan??” aku menghentikan langkahku, menatapnya kesal.

Agak kecewa Jonghyun oppa menurunkan Handycamnya dan mematikannya. Jonghyun oppa kemudian menuju tempat duduknya dan mulai membaca majalah, hal yang selalu dilakukannya saat menungguku mandi.

Selesai mandi aku langsung memakai pakaian yang tergantung di closet. Polo shirt biru tua, sweater merah marun, dan rok rample coklat muda selutut lengkap dengan sabuk merah marun. Ternyata aku tidak mengecewakan, aku pun tak kalah bagus mengenakan pakaian ini.

Saat keluar aku dari closet Jonghyun oppa masih asik membaca majalah. Wajah seriusnya tidak menghilangkan ketampanannya, dia malah semakin tampan. Aku baru sadar kalau aku terus memandangi wajah Jonghyun oppa saat Jonghyun oppa mengerlingkan matanya kearahku dan tersenyum. Dia pasti menyadari kalau dirinya tampan sekali dan yakin pertahananku runtuh hanya dengan sekali kerlingan mata. Itu memang benar, aku tak bisa bernafas sekarang, aku belum siap menikah dengannya, belum terbiasa menghadapi pesonanya.

“Kau memandangiku??” tanyanya sambil beranjak dari kursi dan menghampiriku.

Aku lebih memilih untuk mengatur nafasku kembali teratur daripada menjawab pertanyaanya.

“Khaja!” Jonghyun oppa menarik tanganku, dan berlari. Darimana dia mendapatkan semangat yang berapi-api setiap hari??

Rutinitasku baruku setiap pagi, melihat sunrise kota Seoul. Aku tidak pernah melewatkannya, berkat Jonghyun oppa.

“Cantik sekali..” Jonghyun oppa selalu memuji sunrise.

“Ne.. aku suka warna merahnya diantara bukit-bukit.” Aku ikut memuji sunrise yang setiap hari kunikmati.

“Maksudku kau Narim..” huh? Aku menoleh kearah Jonghyun oppa. Dia sedang merekamku? Apa aku cantik dikamera? Aku yakin wajahku merona lagi.

“Aigoo..” Jonghyun oppa tampaknya puas mendapatkan gambar aku sedang merona.

“Sejak kapan kau mempunyai hobi baru oppa??” tanyaku, tidak menatap kameranya, tapi matanya.

“Sejak hari ini..” jawabnya singkat. Aku mengabaikan handycamnya dan terus memandangi sunset.

//

Sarapan yang sunyi dan dingin, apakah dua namja ini tahu betapa sulit bagiku untuk menyantap sarapanku disituasi seperti ini? Bagaimana mereka bisa selalu bertahan seperti ini selama hampir tiga bulan terakhir.

Jonghyun oppa menikmati sarapannya. Begitu juga Jinki oppa, menyantapnya dengan nikmat. Hari ini Jinki oppa tidak mempermasalahkan lagi tentang pakaianku dan Jonghyun oppa yang selalu sama.

“Narim..hari ini aku yang akan mengantarkanmu ke kelas..” Jonghyun oppa mengatakannya dengan wajah berseri-seri.

“Oppa tidak pergi kuliah??” tanyaku.

“Aku meliburkan diri..” jawabnya, tersenyum padaku dan lanjut menyantap sarapannya.

Aku melihat kearah Jinki oppa yang selalu mengantarku ke setiap kelas, dia tampak tidak terganggu dengan perkataan Jonghyun oppa.

Suasana sarapan kembali sepi, Jinki oppa tidak menghabiskan makanannya. Dia menegak habis susunya dan berdiri, kemudian pergi menuju kamarnya.

//

Aku memulai kelas bahasa inggrisku, Jonghyun oppa tidak melepaskan handycamnya, terus merekam kegiatanku. Mr.Joe merasa sedikit terganggu dengan kehadiran Jonghyun oppa. Meskipun Jonghyun oppa hanya diam merekam, namun itu membuatku tidak konsentrasi dan membuat Mr. Joe selalu menegurku.

Kelas menyulam, kelas table manner, aku lewati dengan Jonghyun oppa disampingku, terus merekam. Dibalik handycamnya Jonghyun oppa terus tersenyum, sepertinya puas memandangiku setiap detik.

Aku bertaruh, pasti banyak sekali sceneku yang sedang merona.

//

Satu hari bersama Mr. Cameraman Jonghyun, itulah judulku hari ini. Aneh sekali, Jinki oppa bahkan tidak menyapaku hari ini.. apa karena dia tidak mau terekan kamera Jonghyun oppa??

Whoaammmm…Aku lelah sekali, perasaanku berkata besok akan lebih melelahkan lagi.. lebih baik aku tidur, yah..tidur..

//

Aku rasakan sesuatu mengusap kepalaku, perlahan aku membuka mataku.

“Annyeong..” sapa Jonghyun oppa yang sudah berada disampingku, terduduk diatas tempat tidurku.

Yang terlintas dipiranku saat ini adalah apakah dia membawa handycamnya lagi? Maka aku mengecek tangannya. Jonghyun oppa tidak membawanya. Bagus. Aku memandangi Jongyun oppa mulai dari kepala hingga kakinya, hmmm..Hari ini aku akan memakai blus tartan hitam dengan rompi rajut abu-abu, dan mungkin celana jeans blue dark.

“Kau tidak akan bangun??” tanyanya. Kemudian menarik kedua tanganku bangun dari tempat tidurku.

Aku menggeliat sebelum akhirnya berjalan menuju kamar mandi. Aku menoleh kebelakang, Jonghyun oppa duduk dikursi singgasananya dan mulai membaca majalah.

Aku sudah selesai mandi, seperti yang kukatakan tadi, aku memakai blus tartan hitam dengan rompi rajut abu-abu, dan celana jeans setengah betis blue dark.

“Kau bisa masak??” tanyanya tiba-tiba.

“Huh??” apa maksudnya?

“Aku sudah mencancel jadwalmu hari ini, kita pergi piknik..” matanya membesar saat mengatakan ‘piknik’, tolong katakan kata itu lagi please..aku ingin melihat mata yang tadi.

“piknik?”

“Ne~..kau harus menyiapkan bekal untukku..”

“Aku bisa membuat sandwich..” jawabku bangga.

“Aku ingin sandwich berbentuk hati..” apa dia menantangku?

“aku bisa..” aku menerima tantangannya.

“Khaja!” lagi-lagi dia menarik tanganku, dan berlari.

“Apa kita kan pergi sepagi ini??” tanyaku, bahkan matahari pun belum muncul.

“Kita siapkan bekal kita dulu baru berangkat..” aku memandangi tangan Jonghyun yang menggenggam erat tanganku, tangannya lebih besar dari tangannku.

Aku terkejut kami sudah berada di dapur, tadinya aku kira kami akan melihat sunrise seperti biasanya. Aku tertawa geli saat melihat semua bahan-bahan termasuk celemek sudah tertata dicounter dapur, Jonghyun oppa sungguh berniat untuk piknik hari ini.

“kenapa hanya diam saja..” Jonghyun oppa sudah memakai celemeknya, apa dia akan memasak juga?

Aku mengambil celemek yang sama dengan yang dipakai Jonghyun oppa.

“Masaklah yang enak..” aku menoleh kearahnya, ahh..lagi-lagi Jonghyun oppa merekamku? Lagi? Entah dimana dia menyembunyikan handycamnya, benda itu selalu muncul tiba-tiba akhir-akhir ini.

“Oppa tidak membantuku??” tanyaku sambil mencuci seladah.

“Aku sibuk merekammu..” jawabnya.

“Lalu kenapa oppa memakai celemek??” aigoo..seladah ini segar sekali.

“Supaya keren!!” jawabnya, masih fokus pada kegiatan merekamnya.

“Kau selalu keren oppa..” aku mencoba menggodanya, semoga dia salah tingkah.

“Aku tahu!” jawabnya tanpa ragu, haahhhh..tampaknya aku tak punya bakat menggoda namja.

“Kita mau piknik dimana??” aku mulai mengoleskan mentega pada roti.

“Tempat favoritku” jawabnya. Baiklah.. terserah Jonghyun oppa.

Sesekali Jonghyun oppa memintaku menyuapkan potongan roti yang tak terpakai kemulutnya. Jonghyun oppa tidak melepaskan handycamnya sedetik pun.

Kami sudah siap. Kami bahkan sudah berada didalam mobil.

“Apa kita akan memakan sandwichnya untuk sarapan??” tanyaku. Waktu masih menunjukan pukul 7 pagi. Sebenarnya kami sudah sarapan, dengan sisa roti dan beberapa sandwich yang gagal.

“Perjalanannya jauh sekali..mungkin kita akan tiba sekitar pukul 10..” jawabnya.

3 jam perjalanan..Aku tidak mau tidur, aku menyalakan radio dan mendengarkan beberapa lagu agar tetap membuatku terjaga. Aku ingin menemaninya menyetir.

Misiku gagal, aku tertidur disatu jam terakhir. Ketika terbangun kami sudah sampai. Jonghyun oppa tidak membangunkanku yang tertidur tadi, aku merasa tidak berguna.

“Sudah sampai..” serunya. Aku sudah tahu.

Jonghyun oppa turun terlebih dahulu, aku menunggu pintuku dibukakan, seperti biasa.

“Apa yang bisa aku bawa?” tanyaku melihat begitu banyak barang yang kami bawa.

“Keranjang makanan..” Jonghyun oppa memberikanku satu keranjang yang diambilnya dari dalam bagasi. “Aku membawa alas duduk dan perbekalan kita..” jonghyun oppa membawa dua keranjang dan satu tikar.

Aku mengikuti oppa dari belakang, benar-benar udara yang segar. Aku menghirupnya dalam-dalam. Langkahku terhenti setelah melihat pemandangan yang luar biasa. Apa ini lukisan?? Padang bunga yang luas, terdapat danau kecil dengan air yang berwarna biru tua. Indah sekali.

“Kenapa kau diam?” Jonghyun oppa menghentikan langkahnya saat meyadari aku tidak mengikutinya lagi.

“Indah sekali oppa..” aku berlari kerahnya. Ingin sekali ku memeluknya sebagai ucapan terima kasihku karena sudah menunjukan tempat-tempat yang indah kepadaku. Tetapi tidak mungkin karena kami membawa keranjang makanan.

Selama piknik, oppa terus merekamku. Terpaksa aku menyuapinya. Dia terus berkata kalau aku cantik, dan setiap kali dia mengatakannya jantungku berdegup kencang. Aku turun ke tepi danau dan bermain air, airnya hangat. Tidak ada orang lain selain kami, ini seperti surga milik kami berdua.

Matahari sudah berada tepat diatas kepalaku, menyilaukan pandanganku yang sedang memandangi awan-awan.

“Kau masih belum mau pulang?” tanya Jonghyun oppa. Aku masih berdiri memandangi langit. Aku memang masih betah. Tapi kami harus pulang untuk makan siang, sepertinya tidak mungkin sempat makan siang dirumah, kami akan makan siang direstoran terdekat saja.

“Ayo kita pulang oppa..aku lapar..” aku menggandeng tangannya dengan tanganku yang tidak membawa apa-apa. Jonghyun oppa agak terkejut. Kalau bisa aku ingin memeluknya, apa dia akan lebih terkejut?

//

Hari yang menyenangkan. Pergi piknik dengan Jonghyun oppa. Makan siang diluar, kemudian mampir sebentar ketaman bermain. Jonghyun oppa memenangkan sebuah boneka dinosaurus dan memberikannya padaku. Aku bilang kalau bonekanya mirip dengan Jonghyun oppa dan dia sedikit kesal dengan itu. Aku membuatnya semakin kesal ketika aku menamakan boneka baruku ‘Jjong’.

Kupandangi Jjong, matanya bulat seperti Jonghyun oppa. Lubang hidungnya besar seperti Jonghyun oppa. Moncongnyapun mirip seperti Jonghyun oppa. Apa aku salah mengatakan kalau boneka ini mirip Jonghyun oppa? Kupukul moncongnya.

“Kenapa kau memukulnya??” Jonghyun oppa mengambil bantal besarku dan ikut duduk dilantai bersamaku. “Kau tau perjuangan mendapatkannya??” Jonghyun oppa mengambilnya dari tanganku.

Aku menatapnya kesal dan mengambil kembali ‘Jjong’ dari tangan oppa kemudian memeluknya erat. Kulihat piyama oppa yang sama denganku, aku sudah terbiasa melihatnya tapi.. malam ini aku senang melihatnya.

“Kau belum tidur??” tanyanya.

“Aku mau membaca dulu..” jawabku. Raut wajah Jonghyun oppa berubah.

“Kau masih suka membaca buku-buku hyung??” pandangannya menatap kearah buku yang kuletakkan disampingku.

Apa aku akan menyakiti perasaannya apabila aku menjawab iya? aku tidak menjawab, aku hanya tertunduk memandangi ‘Jjong’ ditanganku.

“Siapa yang kau pilih?” tanyanya tiba-tiba, membuat keadaan menjadi canggung. Pandangannya masih menatap kearah buku Jinki oppa.

“Aku..senang oppa selalu didekatku..” itulah yang aku rasakan sekarang.

“Siapa yang lebih kau suka??” Jonghyun oppa terus menekanku. Aku terus menunduk, tak tahu harus memilih siapa. Aku semakin menunduk, bahkan tak berani menatapnya lagi.

“Kau memang tidak bisa memilih..” Jonghyun oppa pergi, aku hanya melihat punggungnya yang menjauhiku.

Apa dia kecewa dengan jawabanku? Mianhe oppa..

//

Aku terbangun. Aku tidak merasakan aura Jonghyun oppa dikamarku. Apa aku bangun lebih pagi darinya? Bagus! Aku segera mandi dan berdandan, hari ini aku yang akan membangunkannya dan aku yang menentukan pakaian apa yang akan kami pakai hari ini.

Selesai mandi aku mengintip kekamarku untuk memastikan apakah Jonghyun oppa sudah ada di kamarku? Tidak ada. Bagus! Aku semakin bersemangat memilih-milih pakaian dilemariku. Aku akan pakai blus kotak-kotak biru muda dan rok biru tua, semoga oppa memiliki pakaian yang sama.

Aku masuk kedalam kamarnya, ini pertama kalinya aku masuk kekamarnya. Kamarnya sama seperti kamarku, tidak jauh berbeda. Hanya saja tidak ada seprai bunga-bunga dikamarnya. Kasurnya sudah rapih? Apa dia sedang mandi? Aku membuka closetnya perlahan, sebisa mungkin tidak mengeluarkan suara. Aku buka lemari pakaiannya. Waww! Semua pakaiannya serupa dengan pakaianku, oppa benar-benar berniat melakukan segalanya. Tanpa kesulitan aku menemukan pakaian yang serupa dengan yang aku kenakan hari ini. Aku menggantungnya, kemudian meringankan langkahku pergi meninggalkan closet. Aku melihat pintu kamar mandinya tidak tertutup rapat. Apa dia tidak pernah menutup pintu saat mandi? Aku semakin penasaran dan mendekati kamar mandi. Tidak ada suara. Aku mendorong pelan pintu kamar mandi. Kosong? Kalau begitu dimana Jonghyun oppa?

Aku kembali ke kamarku mencari Jonghyun oppa. Tapi dia tidak ada di kamarku? Aku lihat jam dindingku. Sudah pukul 7? Aku bukan kepagian, tapi kesiangan. Kenapa Jonghyun oppa tidak membangunkanku?

“kau tidak sarapan??” seseorang memangilku, suara Jinki oppa.

Aku menoleh padanya, “Aku baru bangun..” jawabku.

“Aku menunggumu dari tadi diruang makan, kukira kau sakit..”

“Tidak oppa..aku baik-baik saja..” aku menghampirinya. Dan berjalan bersamanya menuju ruang makan.

Diruang makan hanya ada kami berdua. Aneh rasanya, yang duduk disampingku bukan Jonghyun oppa, tapi Jinki oppa. Jinki oppa tidak duduk didepanku lagi, dia duduk ditempat Jonghyun oppa.

“Jonghyun oppa sudah sarapan??” tanyaku pada Jinki oppa.

Jinki oppa tidak menjawab, dia pura-pura tidak mendengar.

“Apa dia sudah pergi kuliah?” tanyaku lagi.

“Kau tidak suka sarapan denganku?” Jinki oppa balik bertanya.

“Ahni..aku senang sarapan denganmu, hanya saja aku belum melihat Jonhyun oppa pagi ini..”

Jinki oppa menyimpan sesuatu depanku, aku lihat seperti kartu. Kartu undangan? Aku mengambilnya perlahan dan melihatnya. Kepalaku pusing sekali, seluruh darahku seperti mengalir cepat. Jantungku seperti berhenti berdetak, entah karena senang atau kaget. Tapi…sedikit sakit.

“Tanggal 16 April?? Itu seminggu lagi..” tanyaku.

“Aku ingin mempercepat hari pernikahannya..” jawabnya tersenyum. Aku terus memandangi kartu undangan pernikahanku.

“Siang ini kau akan pergi dengan umma untuk fitting gaunmu..”

“Apa Jonghyun oppa tahu??”

“Tentu saja..Dia tidak memberitahumu??”

Aku menggelengkan kepalaku, dadaku sangat sakit sekarang. Sesak sekali.

“Apa dia pergi??” tanyaku, aku tak dapat menahannya, air mataku keluar tanpa kuperintah. Aku menahan tangisku, tidak mau membuatnya semakin menjadi-jadi. Aku tak dapat melihat Jinki oppa dengan jelas mataku dipenuhi air mata sekarang. Apa Jonghyun oppa pergi?? Apa dia menyerah?? Sesak sekali.

Jinki oppa memelukku, aku menangis sekencang-kencangnya saat yaki Jonghyun oppa benar-benar meninggalkanku.

-bersambung-

30 responses to “(STRAIGHT/sequel/Part 3) PAY BACK

  1. wah…sdih bagt,…aq pilih jjong!!!
    jinki ngalah aja napa? ngotot bgt dia pengen dpaetin narim..\
    itu pasti undagn pesta narim ama onew kan?,,,huks…hukss…sesak ngebayangin jjong!:(

  2. Ping-balik: LIBRARY | blinggey·

  3. kamu memang tak bisa memilih…. bener2 nancep banget tu kalimat di dalem hati.. pas baca lgsg deg…… sakit banget pasti perasaan jjong

  4. narim sih plin-plan. jonghyun yang memenangkan hati narim.

    jinki harus mencari gweboon

  5. Kenapa jadi mewek gini?! Eon nyesek, berasa banget jadi narim ga bisa milih diantara mereka huks
    jong yang sabar yah!!

  6. huooo, ga sama jinki kan yaa?? jngan dehh am jjong aja, kan narimnya udah ada rasa ke jjong
    haisshhh penasaran
    aq lanjut deh kak hheheh

  7. Sudah jelas skarang Narim mencintai siapa…
    Aku ikutan sedih Jonghyun oppa pergi…;(
    Kok tiba2 aja Jjong menyerah? Ada yg gak beres sepertinya…
    Jjong~ah, kau pergi kemana….

    Lanjut ke last part…

  8. Aaaa… Rumiiittt!! TAT baca ini membuat saya bernostalgia sm princess hours… Ibaratnya, Jinki berasa ada di posisi yul, tp dia karakternya shin. Narim=Chaekyeong. Jjong ibarat posisi shin tp karakter yul.. Hadooooohhh,,, ruwet dah ini pokoknya.. Kalau gw jd narim jg gw bakal bingung milih siapa dan gw jg bakal deg2 ser denger pengakuan mereka berdua.. Jadi, intinya yg bakal nikah tgl 16 april jinki sm narim?? O.O *lanjut kabur ke next chapt!*

  9. ihhh narimnya labil , ngasih harapan ke duaduanya . gimana gak sakit hati coba 😥 jadi siapa yang bakal nikah , jadi narim suka sama siapa ? aishh pertanyaan banget disini huh

  10. Undangan cpa tu..?? Narim ska ma jjong pa jinki sh..?? Hahh.. Prgi kmn drmu jjong..?? Next thor..

  11. jjong ngerekam2 gitu aq jd ada firasat gak enak,,,
    Awal.a sih dukung narim ama onew nah tapi kok nyesek yah???

    Aduuhhh si jjong ama narim aja udah, jinki ama gwiboon (siapa?) #lupakan

  12. yah jjong km kmn ? ending.x bkal sm sapa sih nih ? penasaran bgt ,
    narim , dgrkn kta hatimu .. jinki ato jjong ..
    plih slh satu , ntr satu.x kasi kn k qw .. #LOL 😀

  13. Jonghyun nyerah? Dia mnyerahkan naeim ke jinki? jadi narim nikah sama jinki? dan narim merasa menyesal??
    aahh molla lanjut dulu..

  14. Narim merasa sesak…?
    Aku juga…
    Aku merasa Jinki oppa agak kurang adil…
    Kesian kan sama Jjong
    Jonghyun yang rela bersedia mengganti posisinya untuk menikah
    sampai akhirnya Jonghyun bener2 jatuh cinta pada Narim
    Sekarang, Jinki malah ngambil alih posisi itu…
    Gak apa2 sih kalau memang Narim yang sudah memutuskan untuk memilih Jinki, tapi inikan, Narimya belum ambil keputusan…
    Berarti, Jonghyunlah yang mengambil keputusan untuk pergi,
    dan membiarkan Narim menikah dengan hyungnya…
    Jong… kembalilah…. Narim mencintaimu…
    aku yakin itu….
    Jinki oppa sama aku aja…. *dilemparhairdryer

  15. Narim ga jelas bgt perasaannya -.-
    Tapi bener kan kayanya lebih berat ke jonghyun. Onew cuma jadi kaya orang ketiga di drama drama korea :””””)

Tinggalkan Balasan ke sully Batalkan balasan