(STRAIGHT/sequel/Part 1) PAY BACK

Cast:

  • Lee Jinki
  • Kim Jonghyun
  • Narim
  • Nana

Genre:

Romance, Teary

Annyeong!!!! Kim Jong Gey back with Sad FF (again).. Narim adalah tokoh fiksi ciptaanku..kalau ada yg tau artinya dalam bahasa Korea segera kasih tau aku yak.. RCL jgn lupa!!! Jangan jadi Silent Reader yak…^^

Narim my Fiction Caracter

Narim POV

“Lihat dirimu..kau sangat cantik dengan gaun itu..aigoo..” umma terus menerus memujiku sejak tadi.

“Aku tidak salah sudah memilihmu jadi menantu..kau benar-benar cantik..” calon mertuaku ikut memujiku.

“Kau tampak tegang Narim..” mertuaku mengelus-elus pundakku. Aku hanya balas tersenyum padanya.

Aku memang tegang, bagaimana tidak? ini hari pernikahanku. Kini aku mengerti mengapa banyak pengantin wanita tampak buruk saat dipoto pernikahan mereka, mereka tegang.

Haaahhhh..aku melihat diriku dicermin, seperti bukan diriku. Aku tampak seperti artis-artis di tv. Haha bukan maksudku memuji diri sendiri, hanya saja make upnya benar-benar bekerja dengan baik.

“Bagaimana rasanya menikah diusia muda??” Tanya eonniku, Nana. Banyak orang bilang aku mirip dengan eonniku, tapi aku lebih cantik. Ahahaha..lagi-lagi aku memuji diriku sendiri. Eonni tidak keberatan aku melangkahinya, dia bilang masih punya cit-cita yang ingin dikejar sebelum menikah.

“Ya! Narim! Daritadi kau hanya tersenyum saja.. kau gugup?? Atau menyesal??..ahahah” Nana Eonni menggodaku lagi.

“Eonni.. kau akan merasakannya nanti..ini lebih menegangkan dari upacara kelulusan..” upacara kelulusan..baru saja beberapa bulan yang lalu aku mengalaminya.

Flashback

***

“Selamaaaat!!” Hyeorin memelukku.

“Selamat juga untukmu!!!” kami mengeratkan pelukan kami. Hyeorin sahabatku, kami selalu bersama selama tiga tahun di SMA..rasanya menyedihkan sekali mengetahui kalau kami akan berpisah. Hyeorin akan pergi ke Seoul untuk mengambil kuliah kedokteran. Sedangakan aku akan tetap di Daegu, mencari jati diriku. Haaaahhh…gadis macam apa aku masih mencari jati diri. Mengingat hal itu air mataku keluar begitu saja, canda tawaku berubah menjadi isakan.

“YA! Narim! Kenapa kau jadi cengeng begitu..” Hyeorin menghapus air mataku. “Kalau melihatmu begini aku jadi tidak bisa meninggalkanmu..aku bisa ketinggalan pesawat..”

“kau jahat sekali Hyeorin..kenapa harus pergi sekarang..rasanya aku ingin menculikmu dan membawamu pulang..” aku mengusap air mataku sendiri.

“Kalau pun aku kau culik..aku akan tetap berusaha kabur dan pergi ke Seoul..”

“Kau benar-benar jahat..”

“Jika aku sudah jadi dokter..aku ingin kau yang jadi pasien pertamaku.. aku sungguh ingin mengobati kepalamu..sepertinya ada yang salah dikepalamu..”

“aissshhhh!! Sudah sana pergi!! Jadilah dokter yang baik..aku akan menjadi pasienmu yang baik..” kali ini aku melihat Hyeorin terdiam..dia pun akhirnya menangis.

“Kau tidak ingin ketinggalan pesawat bukan?? Cepat pergi..aku sudah merestuimu..” Kami berpelukan lagi.. Hyeorin mulai melangkah meninggalkanku, kulihat langkahnya berat sekali. Aku tersenyum, aku ingin meringankan langkahnya.

Sekarang sahabatku pergi, appa dan umma sudah pulang duluan. Aku benar-benar sendiri. Kenapa jalanan sepi sekali??.

“Aduhhh!!” sebuah mobil hampir menyenggolku, mobil van. Mobil van itu berhenti didepanku, keluar beberapa namja memakai jas hitam dan memakai topeng. Perasaanku tidak enak.

“YA!!! APA-APAAN INI??” dua dari mereka menarikku paksa. Aku di culik??? Oh Tuhaaannn aku benar-benar bercanda saat bilang aku akan menculik Hyeorin..kenapa kini aku yang diculik.

“ANDWEEE!!! TOLONGGG!!!” aku memberontak, dan mulai menggigit tangan salah satu namja yang menarikku.

“AKKKKHHHHH!!!” namja itu kesakitan, bagus!!. Aku menendang sesuatu miliknya yang berharga, tapi dia berhasil menghindar.

“YA!!!! kau sudah gila!!” namja tersebut membuka topengnya. Dia..tampan.

“Aissshhhh!!! Appa bilang kau bahkan tidak akan menggigit!!” dia memarahiku, aku..terpesona. Kalau tau dia setampan ini, aku tidak akan melawan.

“Bawa dia masuk!!” namja tampan itu menyuruh namja lainnya memasukanku ke dalam van.

“Apa??? Anni!!! Tunggu..kau mau membawaku kemana??” aku tetap memberontak. Tidak masalah bagiku jika namja tampan itu yang menculikku, tapi jika semua namja ini menyakitiku?? Andweee!!!

“Pulang kerumah..” jawabnya sambil mengusap-usap tangannya yang kugigit.

“Ke rumah?? Rumahku sudah dekat..” jawabku masih mencoba melepaskan tanganku.

“ahhhh..aku malas, bius dia saja..” apa!! Dibius??

“Hmmmpppp..”

….

Wangiii..wangi sekali..

“Apa dia baik-baik saja??” heuh?? Kudengar itu suara Nana eonni. Aku membuka mataku dan segera bangun.

“aku rasa dia baik-baik saja..” eonni tersenyum padaku, kepalaku masih terasa pusing.

“Kau tidak apa-apa??” Nana eonni membelai kepalaku, aku melihat sekitarku. Ini bukan tempat yang ku kenal. Ini seperti..hotel bintang lima.

“Kita dimana eon??”

“Di rumahmu..” jawabnya. Aku melihat penampilan eonni cantik sekali.

“Apa maksudmu rumahku??” aku melihat diriku sendiri, siapa tahu aku pun sudah mengenakan pakaian yang cantik. Tapi seragam sekolah yang aku temukan melekat ditubuhku.

“Sudah kuduga dia tidak akan apa-apa..” seorang namja bersender pada meja rias, tangannya dilipat didada. Dia..Namja yang sudah kugigit tangannya!

“Jjong ah~.. sudah kubilang kau akan gagal..” Nana eonni memenggilnya Jjong?? Namanya Jjong?? Eonni bercakap dengan namja itu, mereka seperti sudah akrab saja.

“Aku tidak mengira dongsaengmu sekuat itu..” Namja yang dipanggil Jjong oleh eonni itu mulai beranjak dari tempatnya, dia menuju kearah kami.

“Apa kau menyesali pilihannmu huh??” Eonni memukul perut namja yang bernama Jjong, “Auww..” kemudian namja tersebut pura-pura kesakitan.

“Sudahlah kau pergi..dongsaengku harus segera berdandan..” Eonni mengusirnya, namja itu mendekatkan wajahkan kewajahku.

“Berdandanlah yang cantik..aku sudah bilang pada teman-temanku kalau kau cantik..” dia tersenyum, senyumnya…Ya Tuhaaann, bunuh saja aku sekarang, aku tidak kuat dengan pesonanya.

“Jjong ah~..hush hush!” Eonni mengusirnya lagi.

“Ne~..” Namja itu akhirnya benar-benar pergi.

“Eonni!! Kau kenal dia??” tanyaku pada Eonni yang sedang mengambil sebuah gaun dari lemari dan memberikannya padaku. “Untukku??” tanyaku.

“Ne.. cepat ganti, acaranya dimulai satu jam lagi..” eonni menunjukan arah kamar ganti.

Aku memandangi dress ditanganku, cantik..dress putih sederhana dengan taburan perak dan kristal. “Untuk apa aku memakai dress secantik ini??”

“Kau akan bertunangan..”

Apa!!! Tunangan!! “Dengan siapa?? Aku bahkan tidak punya pacar..” aku melihat eonni terkekeh-kekeh.

“Narim..kau akan bertunangan dengan namja yang sudah berusaha menculikmu tadi..”

“Mwo??? Kenapa tidak bilang padaku sebelumnya???” Aku menyimpan dress cantiknya dikasur, tadinya mau aku lempar ke lantai sebagai tanda protesku. Tapi dress tersebut terlalu cantik untuk dilempar.

“Keputusannya baru tadi malam..appa, umma, eonni pun tidak dapat menolak..sudah perjanjian.” Eonni mengambil dress dari kasur dan menyodorkannya padaku. “Pakailah, aku akan menceritakannya sambil kau berdandan..” Eonni tersenyum, senyumnya meluluhkan hatiku.

“Jadi..namanya Jonghyun??” aku sedikit berteriak kepada eonni karena jarak kami yang lumayan jauh. Haaahh.. besar sekali kamar ini.

“Ne..dia teman kuliah eonni..”

“Kenapa bukan eonni saja yang bertunangan dengannya??” aku kesulitan menutup resletingnya. Tiba-tiba eonni sudah berada dibelakangku membantu menutup resleting dressku.

“Jjong tidak mau bertunangan dengan eonni..dia sudah menganggap eonni sebagai dongsaengnya..” eonni merapihkan dressku.

“Tapi..bukannya tadi eonni bilang kalau perjanjiannya sudah dari dulu?? Berarti eonni tau kalau aku akan dijodohkan?? Kenapa eonni tidak pernah bilang padaku..” eonni merapihkan rambutku yang tergerai.

Kemudian seorang yeoja masuk kekamar kami dengan membawa peralatan makeupnya. Eonni tersenyum padanya. “nanti kau juga mengerti..sudahlah jalani saja..kau tidak mau appa dan umma malu bukan??” eonni menuntunku menuju meja rias.

Aku didandani seorang make up artis..begitulah kata Nana eonni barusan. Proses pendadannya berlangsung sunyi, eonni sepertinya tidak mau orang asing mendengar percakapan kami dan tidak meneruskan ceritanya. Aku pun lebih memilih diam, diam itu emas bukan??

Akhirnya selesai juga, sedikit bangga dengan diriku, aku terlihat cantik, tidak kalah dari eonni.

Tok tok tok

Kami belum menyuruh seseorang yang mengetuk pintu untuk masuk, tapi dia sudah membuka pintunya.

“Apa sudah siap?? Acaranya akan segera dimulai..” sorang namja, umurnya sekitar 30 tahun. Mengenakan tuxedo dan rambutnya klimis.

“Ne~..kami akan segera turun..” Nana eonni menjawabnya.

Nana eonni merangkul bahunku, menuntunku kesuatu tempat yang aku belum tahu.

Mataku terbelalak saat melihat ruangan dibawahku, sperti aula. Banyak orang sedang saling berbincang disana, terlalu banyak orang sehingga aku tidak bisa melihat umma atau appa, atau Jonghyun. Kami menuruni tangga, aku pikir semua orang akan berhenti beraktivitas dan terperangah melihatku menuruni tangga, tapi reaksi semua orang biasa saja, mereka masih sibuk dengan obrolan masing-masing. Eonni masih menuntunku, belum sampaikah kami ditempat tujuan?? Ruangan ini benar-benar besar.

Akhirnya aku dapat melihat appa dan umma, mereka sedang duduk dan berbincang dengan Jonghyun. Jonghyun menyadari kejadiran kami. Kulihat matanya terbelalak melihatku, apa aku begitu cantik??.

Jonghyun mempersilahkanku untuk duduk, table dinner bundar yang sangat besar, cukup untuk 15 orang aku rasa. Tapi jarak antar kursinya agak renggang sehingga hanya terdapat sekitar 8 kursi disana. Dia menarik kursinya pelan menunggu hingga aku duduk, kemudian dia duduk disampingku. Kulihat wajahnya berseri-seri. Apa dia tidak kesal karena telah dijodohkan? Atau mungkin sebenarnya dia sudah mengincarku dari kecil maka dia senang bertunangan denganku??

Eonni duduk  disampingku, Umma dan appa duduk disamping Nana neonni. Didepanku ada sepasang suami istri yang sangat bersahaja, aku bertaruh mereka adalah calon mertuaku. Disamping Jonhyun ada seorang namja, aku rasa dia tidak berhenti memperhatikannku sedari tadi. Aku menganggukan kepalaku pada namja tersebut, untuk menyapanya. Dia balas mengangguk pelan. Menurutku, dia tidak kalah tampan dari Jonghyun. Matanya memang tidak sebulat Jonghyun, dia gak sipit. Dia tidak tersenyum, aku yakin dia akan jauh lebih tampan apabila tersenyum.

Jonghyun berbisik pada namja tersebut. Tapi samar-samar aku bisa mendengarnya, ‘Dia canti kan??’ bisik Jonghyun kepada namja tersebut. Namja tersebut hanya mengangguk pelan dan menatapku lagi. Ah.. Satu hal yang baru kusadari, Namja itu..memakai kursi roda… Apa karena itu dia tidak tersenyum? Karena sedang memprotes Tuhan dengan apa yang dialaminya sekarang?.

Pesta pertunangannya berlangsung meriah, dan panjang. Aku dikenalkan pada puluhan saudara dan ratusan relasi. Aku tidak tahu harus berbuat apa sehingga aku hanya tersenyum dan menunduk. Saat perkenalan keluarga aku baru tahu kalau namja yang tidak pernah tersenyum itu adalah hyungnya Jonghyun, Jinki. Apa dia akan dilangkahi Jonghyun?? Sama seperti aku melangkahi eonni? Kenapa harus kami yang dijodohkan?

Pesta pertunangan akhirnya selesai. Aku benar-benar tidak sabar ingin merebahkan diriku di kamar, aku akan memonopoli kasur kami. Aku suruh eonni tidur di ruang tv karena sudah menyerahkanku pada Jonghyun.

“Kami pulang dulu..kau baik-baik disini..” umma berpamitan pada siapa? Padaku?

“Aku ikut pulang juga kan umma?” tanyaku pada umma.

“Mulai malam ini kau tinggal disini Narim..” umma mengelus pipiku.

“mwo??” aku masih tidak terpacaya, semuanya terlalu tiba-tiba bagiku. “kami masih bertunangan umma..belum menikah..” aku menahan tangan umma agar tidak pergi meninggalkanku.

Eonni melepaskan tanganku dari tangan umma. “Kau harus melalui tahap training menjadi menantu disini, sampai hari pernikahanmu tiba”

“Training??” aku sudah tidak bisa berfikir lagi. Ini mulai mengerikan bagiku.

//

Akhirnya umma appa eonni meninggalkanku. Aku bertaruh eonni pasti sedang berguling-guling di atas kasur karena tidak usah berbagi ranjang lagi denganku. Menyebalkan sekali.

“Ini kamar anda..” aku tersadar dari lamunanku, aku sudah sampai dikamar baruku.

“Kamsahamnida..” aku membungkung berterima kasih kepada ahjuma yang sudah mengantarku ke kamar, sepertinya dia kepala pelayan disini, mungkin aku akan membutuhkan bantuannya kelak.

Aku masuk kedalam kamarku. Hal yang langsung terlintas dipikiranku adalah, tidak masalah eonni mau guling-guling atau melompat-lompat dikasur kami, kasurku disini lebih besar!! Aku langsung menjatuhkan tubuhku diatas kasur dan menutup mataku. Hmmmm..nyaman sekali.

“kau sudah tidur??” suara seorang namja membangunkanku. Jonghyun sudah berada disampingku, tubuhnya setengah berbaring.

Aku langsung mengangkat tubuhku bangun. “kau harus membersihkan dirimu sebelum tidur..piyamanya ada didalam lemari, kau suka warna toska kan?” kulihat Jonghyun sudah memakai piyama berwarna toska, tubuhnya segar seperti habis mandi.

“Apa kita harus satu kamar??!” tanyaku pada Jonghyun, nadaku agak sedikit membentak.

“Anni..aku hanya ingin memberitahumu dimana letak piyamanya..” Jonghyun tersenyum lebar, memperlihatkan giginya padaku, matanya sedikit menyipit, tampan sekali..

Aku menjauhi Jonghyun, aku takut aku kehilangan kendali.

“kamarku disamping kamarmu, kalau ada apa-apa kau bisa datang kekamarku..kalau kau takut tidur sendirian, kau juga bisa tidur denganku..” Jonghyun terus melancarkan senyum menggodanya padaku, jujur..aku memang tergoda.

“a..aku..mau mandi” aku sudah mulai gugup.

“kau mau aku mandikan?” YA TUHAAAANNN..lagi-lagi Jonghyun menggodaku. Aku yakin wajahku memerah saat ini.

“Ahahahahha..kau menarik sekali” Jonghyun bangun dari tempat tidurku dan mendekatiku. “Pergilah mandi..aku tidak akan mengintip..” Jonghyun tersenyum lebar dan tangannya memberikan tanda V.

Aku segera berlari menuju kamar mandi. Selama mandi jantungku terus berdetak kencang, ada namja dikamarku sementara aku mandi. Untunglah kamarku yang baru memiliki walking closet, sehingga aku tidak harus berdiri dihadapan Jonghyun dengan menggunakan handuk, atau aku harus terpaksa berteriak padanya untuk mengambilkan piyamaku. Kubuka lemari bajuku, aku benar-benar lemas, dimana piyamaku? Banyak sekali baju disini, semuanya berwarna toska, warna favoritku. Sekitar 10 menit aku mencari piyamaku dan akhirnya aku temukan. Aku pakai piyamaku, aku baru menyadari kalau piyamaku sama dengan yang dipakai Jonghyun.

Perlahan aku keluar dari closetku, Jonghyun masih ada di kamarku, membaca majalah.

“Kau lama sekali Narim..” Jonghyun menutup majalahnya dan menghampiriku yang terdiam di dekat closet.

“Kau suka?? Aku sengaja membeli piyama untuk couple..aku pilih warna toska..” Jonghyun menarikku kedepan cermin, Jonghyun menaruh tangannya dipinggangnya, ekspresinya puas karena kami memakai piyama yang sama.

“Darimana kau tahu aku suka warna toska??” tanyaku pelan.

“Panggil aku oppa..aku tahu dari eonni mu..” aku memutarkan bola mataku dan melangkah menuju kasurku.

“Kenapa kau tidak menikah saja dengan eonni?”

“Panggil aku oppa..” kurasakan Jonghyun mengikutiku dari belakang.

“Ne..oppa”

“Nana lebih tua dua bulan dariku..Aku tidak mau menikah dengan yeoja yang lebih tua dariku..lagipula aku sudah menganggapnya sebagai dongsaeng..” Aku duduk dikasur, Jonghyun pun ikut duduk dikasur.

“Dongsaeng lebih tua??” balasku skeptis.

“Oh! Kau benar..tidak ada dongsaeng yang lebih tua..” Jonghyun terlihat sedang menimang-nimang sesuatu.

“Aku saja merasa bersalah melangkahi eonni.. oppa.. apa kau tidak merasa bersalah melangkahi hyung mu??” aku memberanikan diriku memanggilnya oppa.

“Jinki hyung tidak mau menikah..” Jonghyun menggelengkan kepalanya ringan, tampak itu bukan masalah yang besar baginya.

Kami terdiam  untuk beberapa saat, hingga akhirnya Jonghyun memulai kembali percakapan kami, sepertinya dia belum mengantuk.

“Ahhh!!! Bagaimana aksiku tadi siang??” Jonghyun menatapku dengan semangat, matanya seperti anak anjing, menggemaskan sekali.

“Oppa menculikku?? Apa maksudnya??” aku memalingkan wajahku dari tatapannya, sungguh tidak mau kehilangan kendaliku.

“Bukankah tadi siang itu keren!! Aku hanya ingin menunjukan suatu kesenangan padamu..kau tidak bersenang-senang??” kulihat kembali wajahnya, Jonghyun oppa..masih menatapku dengan semangat. Bagaimana aku bisa menganggapnya sebagai kesenangan? Aku hampir mati ketakutan.

“Oppa..kau 4 dimensi??” aku benar-benar penasaran mengapa tingkahnya aneh sekali.

“Golongan darahku AB..” jawabnya bangga. Sudah kuduga!

Jonhyun oppa menggeliat sambil menguap. “Whoaaaammmm.. aku ngantuk sekali, kita bertemu lagi besok pagi..” Jonghyun oppa berdiri dan berjalan perlahan menuju pintu kamar. Dia berhenti saat hendak membuka pintu, dan membalikkan badannya. “Selamat malam~” dia tersenyum sambil menutup matanya, TUHAAANNNN!!! Aku suka wajahnya yang barusan.

Setelah Jonghyun oppa pergi aku mengambil selimut dan menutupi setengah tubuhku. Kasur ini bisa membuatku lupa dengan appa umma dan eonni, nyaman sekali. Harus istirahat yang cukup untuk menghadapi hari esok, hari trainingku. Hari trainingku..bagaimana kalau aku mengacau supaya pernikahan ini dibatalkan. Tapi..umma dan appa pasti malu sekali. OTTOKKEEEE!!!!

//

“Narim..Narim..” suara Jonghyun oppa membangunkanku, bukan..lebih tepatnya lagi jari telunjuk Jonghyun oppa yang terus menekan pipiku membuat tidurku terganggu.

Aku lekas bangun dan terduduk dikasurku. Mataku belum sepenuhnya terbuka, pikiranku belum sepenuhnya kembali dari alam bawah sadarku. Aku terdiam sebentar mengumpulkan nyawaku, lalu aku menoleh kearah Jonghyun oppa yang sudah terduduk diatas kasurku. Rambutnya sudah tertata rapih, kemeja biru tua tampak pass dibadannya, kuenduskan hidungku dan aku mencium wangi parfum Jonghyun oppa.

“Narim..ayo bangun..guru bahasa Inggrismu sebentar lagi tiba..” Jonghyun oppa menarikku turun dari kasur.

“Guru bahasa Inggris??” tanyaku sambil menyibakan selimut yang membuat salah satu kakiku terperangkap.

“Bahasa inggris pagi hari, siang menyulam, sore table manner..” Jonghyun membantuku mengeluarkan kakiku yang terlilit selimut, ahaha konyol sekali.

“Apa itu jadwal trainiku sebagai calon menantu??” tanyaku membiarkan Jonghyun oppa yang cekatan menyingkirkan selimut yang melilit kakiku.

“Ne..kau terlambat..” Jonghyun oppa menyentil keningku. Sentilannya tidak terasa sakit, mungkin karena aku belum sepenuhnya sadar dari tidurku.

“Hah??aku terlambat??” Jonghyun oppa mendorong punggungku menuju kamar mandi.

Haahhh…segar sekali.. Tetesan air hangat membasahi tubuhku, aku memutuskan untuk tidak berendam, mandi dengan shower akan lebih cepat. Mengingat aku sudah terlambat. Aku mempercepat proses mandiku, kuambil handuk dan kukeringkan tubuhku sebelum kusampingkan handuknya ditubuhku.

Aku segera menuju closet. Kulihat ada pakaian tergantung, seperti seseorang sudah menyiapkannya untukku. Tidak mau menghabiskan waktu dengan memilih ratusan baju di dalam closet baruku, aku memilih untuk mengenakan pakaian yang sudah disiapkan ini.

Pakaian yang kukenakan sedikit formal, blus biru tua dengan sedikit frill didepannya, dan rok berumpak warna hitam sepanjang lututku. Kulihat penampilanku agak sepi, jadi aku memakai sabuk berwarna krem agar tidak monoton.

Aku sudah siap. Aku membuka pintu closetku dan menemukan Jonghyun oppa sudah ada didepan pintu closetku.

“Oppa mengintip??” segera aku mengecek pintu closetku, apa ada lubang? Nihil. Pintu closetku rapat sekali.

“Untuk apa aku mengintip?? Aku memasang kamera CCTV di closetmu.”

Hah? Aku segera mengecek kedalam closetku. Jonghyun oppa tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

“Oppa!!” ingin sekali aku menjitak kepala namja yang satu ini.

Eh? Aku baru menyadari kalau pakaian Jonghyun oppa sama dengan pakaianku. Jonghyun oppa memakai kemeja biru tua dan celana jeans hitam, bahkan sabuknya berwarna krem. Kami seperti anak kembar saja. Yang tidak sama dari kami hanyalah aku tidak memakai jam tangan. Jam? Jam berapa sekarang? Apa aku terlambat?

Kulihat jam dindingku. Apa? Masih jam 5 pagi? Pantas aku masih merasa ngantuk.

“oppa?? Jam berapa aku mulai kelas bahasa inggrisku?” tanyaku pada Jonghyun oppa yang perlahan menghentikan tertawanya dan melihat jam tangannya.

“hmmm..jam 7 pagi..” jawabnya.

“tapi tadi oppa bilang aku terlambat..” aishhh..benar-benar namja ini.

“kita terlambat untuk melihat sunrise..”jawabnya sambil melangkah menuju jendela kamarku dan membuka tirainya. Diluar masih gelap, seperti dugaanku.

“Ayo cepat Narim!!” Jonghyun oppa berlari kearahku dan menarik tanganku, aku ikut berlari bersamanya menyusuri lorong-lorong rumah, berbelok-belok, dan menuruni tangga kemudian menuruni tangga lagi. Aku yakin aku tidak bisa mengingat jalan menuju kamarku lagi sendirian saat aku kembali dari melihat sunrise. Aku butuh GPS di rumah ini.

Akhirnya kami berhenti dipekarangan belakang rumah, berlari membuat nafasku terengah-engah, tapi kami tidak mengeluarkan keringat setetespun. Mungkin karena udara yang dingin.

Perlahan nafasku yang terengah-engah mulai stabil kembali, lelahku terbayar lunas saat itu juga. Indah sekali, aku dapat melihat kota Seoul. Lampu-lampu masih menyala, padahal langit tidak begitu gelap. Di ujung pandanganku aku melihat langit merah, Sunrise. Aku menghela nafasku, takjub dengan view dihadapanku.

“Dunia ini indah bukan?” Jonghyun oppa pun masih terlena menikmati sunrise.

Selama beberapa menit aku dan Jonghyun oppa terdiam khidmat menikmati sunrise. Sedikit demi sedikit cahaya lampu kota Seoul mulai menghilang seiring dengan langit yang semakin terang.

“Huwaaaahhh! Saatnya sarapan!” Jonghyun oppa menggeliat dan mengosok-gosok perutnya.

Perutku tiba-tiba mengeluarkan suara gemuruh, dan membuat Jonghyun oppa lagi-lagi tertawa terbahak-bahak.

“oppa!! tawamu tidak akan membuat perutku kenyang..” aku memancarkan tatapan sinisku padanya. Itu berhasil membuatnya menghentikan tawanya.

“Khaja!” ajaknya, kali ini tanganku tidak ditariknya. Kedua tangan Jonghyun oppa dimasukan kedalam saku celananya. Aku mengikuti langkahnya dari belakang, kami tidak lagi berlari, kami berjalan perlahan.

Setibanya diruang makan kulihat belum ada siapa-siapa dimeja makan. Kami yang pertama. Jonghyun oppa langsung duduk kursi meja makan, kedua tangannya masih didalam sakunya. Menyadari keberadaanku Jonghyun oppa langsung berdiri dan menarik kursi untukku. Aku duduk tepat disamping Jonghyun oppa. Tidak lama kemudian makanan langsung tersaji didepan kami. Aku melirik kearah Jonghyun oppa, dia tampak akan menyantap sarapannya. Apa dikeluarga ini sarapan masing-masing?

“oppa..kita tidak sarapan bersama?” tanyaku masih belum menyentuh sarapanku.

“Narim..kita sedang sarapan bersama..” jawabnya.

“Maksudku..bersama keluargamu?”

“Umma dan appa sarapan jam 8 pagi.. kalau kita mengikuti jadwal sarapan mereka, aku bisa terlambat kuliah, dan kau terlambat ke kelas bahasa inggrismu..” Jonghyun oppa memasukan sesendok nasi kedalam mulutnya.

“Jinki oppa?” tanyaku, suaraku mendadak parau.

Jonghyun oppa nampak berusaha menelan nasinya sebelum menjawab pertanyaanku “Sebentar lagi dia turun..kau tidak sarapan??aku tidak mau perutmu bunyi seharian..” Jonghyun oppa menunjuk kearah piringku.

“ah..ne..” aku mulai menyantap sarapanku. Aku menghentikan kunyahanku saat melihat Jinki oppa mendekati meja makan.

“pagi..” sapanya dingin tanpa melihat kearah kami.

“pagi hyung!” jawab Jonghyun oppa, tampak kontras dengan sapaan Jinki oppa. Jonghyun oppa seperti on fire.

Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut Jinki oppa setelah itu. Sepi sekali sarapan dikeluarga ini.

Jonghyun oppa sudah selesai dengan sarapannya, aku meminum seteguk air putih kemudian mengikutinya berdiri. Aku tidak menghabiskan makanku, selera makanku hilang karena suasana yang canggung ini.

“Kau mau kemana?” Tanya Jonghyun oppa melihatku beranjak dari kursi.

“Oppa mau kemana??” aku malah balik bertanya.

“Ohh..oppa mau kuliah..hehe..maaf tidak memberitahumu kalau aku ada kulaih pagi..” Jonghyun oppa mengaruk-garuk belakang kepalanya.

“Aku..” aku hendak menanyakan kelas bahasa inggrisku, tapi Jonghyun oppa seperti tahu apa yang akan aku tanyakan.

“Kelas bahasa inggrismu?? Kau belajar diperpustakaan, nanti gurumu akan menemuimu disana..” Jonghyun oppa melihat jam tangannya, wajahnya panik. “o!oppa terlambat..aku pergi dulu!!”

“op..” Jonghyun oppa sudah berlari meninggalkanku berdua dengan Jinki oppa, suasanya jadi semakin canggung.

“kau tidak tahu dimana perpustakaannya??” aku kaget mendengar Jinki oppa bertanya padaku.

“mau aku tunjukan tempatnya??” Jinki oppa mengelap bibirnya dengan tisu kemudian mendorong kursi rodanya menjauhi meja makan.

Jinki oppa terdiam melihat aku yang terdiam, “Kau mau aku antarkan atau mau mencarinya sendiri??” tanyanya sekali lagi.

“ahni..kalau oppa tidak keberatan aku senang oppa mau mengantarku..” perlahan aku mendekatinya. Aku tidak mau mencarinya sendiri dan mungkin akan terlambat 3 jam dihari pertama kelas bahasa inggrisku.

Aku terus mengikutinya dari belakang. Apa aku harus membantu mendorong kursi rodanya? Tapi kursi rodanya terbilang canggih, dia tidak perlu mengayuh rodanya dengan tangannya, cukup mengarahkan setirnya.

Aku melihat ada satu anak tangga kecil didepan kami, apa Jinki oppa dapat melewatinya? Kursi rodanya tidak dapat naik keanak tangga tersebut. Dengan ragu-ragu aku membantunya mengangkat kursi rodanya.

“Gomawo..” Jinki oppa berterima kasih padaku.

Kami tiba di perpustakaan di rumah ini, benar-benar perpustakaan yang besar dan nyaman. Tidak bau buku seperti kebanyakan perpustakaan lainnya.

//

Pukul 10 pagi, kelas bahasa inggrisku selesai. Aku senang bisa belajar bahasa inggris dengan baik, mungkin karena hanya aku satu-satunya murid dikelas ini.

Saat keluar perpustakaan aku melihat Jinki oppa sedang membaca bukunya dikursi roda. Dia menutup bukunya saat melihatku.

“Aku lupa..kau tidak tahu dimana ruang seni?? Kelas merajutmu??” apa Jinki oppa mau mengantarku ke kelas berikutnya? Tampaknya seluruh keluarga ini tahu jadwalku..tapi kenapa hanya aku yang tidak tahu..

Aku melihat ada sebuah buku dipahanya, aku rasa dia tidak bisa membacanya sambil menyetir kursi rodanya.

“Oppa..boleh aku membantu mendorong kursi rodamu?? Agar kau bisa melanjutkan membacamu..” aku menunjuk kearah buku yang disimpan dipahanya.

Jinki oppa terdiam sejenak, kemudian membuka bukunya dan mulai membacanya lagi. Apa ini artinya aku boleh membantunya mendorong kursi rodanya? Ah aku tidak peduli, aku langsung mendorong kursi rodanya.

“Euughhh..” agak berat pada awal mendorong, sehingga membuatku mengerang mengumpulkan tenagaku. Kulihat bahu Jinki oppa bergetar, seperti sedang tertawa tapi tidak mengeluarkan suara.

Kursi rodanya menjadi ringan saat sudah mulai bergerak, aku sedikit kehilangan kendaliku dan mendorong kursi rodanya terlalu cepat.

“ya!ya!ya! jangan terlalu cepat..” Jinki oppa memprotes gayaku mendorong kursi rodanya.

Dengan sedikt menenangkan diri dan mengontrol tenagaku, akhirnya aku dapat mendorongnya perlahan. Jinki oppa menikmati membaca bukunya di atas kursi roda.

Aku benar-benar penasaran padanya. Aku yakin Jinki oppa namja yang baik. Dia mau mengantarkan yeoja pabo sepertiku mencari kelas-kelasku.

-bersambung-

32 responses to “(STRAIGHT/sequel/Part 1) PAY BACK

  1. bagus eon…habis baca ini kepikiran trs mpe mo tidur …btw,skrg saia ule ngelirik jojong …omo …bener2 dpt feelnya ..jong yg cool onew yg agak nerd kalo q bilang…dua2 nyah mempesona

    suka ama ide ceritanya,narim kaya putri yg mo nikah ma pangeran..

    mian kmen trlalu panjang n gaje .gomawo .

  2. Ping-balik: I LOVE YOU READER *muaaacccchhh* « blinggey·

  3. narim~
    Beruntung bener tiba2 dijodohin ama jjong yg cakep, kaya raya lagi, LOL
    Emmm kq aq ngrasa dy bakalan ada sesuatu ama jinki oppa yaa, hehehe.. Aq lanjut k part 2 ya thor …

  4. kayanya pernah baca… apa waktu itu pasterpaksa jd SR karena pulsa sekarat ya, jd nyolong2 wifi-an ditempat kerja lgsg di save. jd dirumah lgsg baca tp ga koment krna ga punya pulsa….. ini yang ntar jjong secara ga lgsg harus ngalah ma jinki karena jinki jatuh cinta ma narim juga bukan??? mau baca ulang aku…

  5. suka sama karakternya jjong disini >.<
    tapitapitapitapiiiiiiii suka sama jinki juga~~
    narin pasti galau deh,hhe,,

  6. jonghyun mengeluarkan cassanova.a ckckck
    jinki oppa lumpuh. jangan2 dia yang sebenar.a dijodohkan dengan narim.

  7. Seru seru,, tp lucu yaa, mau nikah pake training segala.. Nnti jgn blg jinki bakal suka ama narim jg.. Aigoo.. Tp baca lanjutannya dulu deh.. Annyeoong

  8. weis segituluas tah tu rumah ampe takut nyasar gitu..
    akh aku takut jinki na malah suka lagi ma tunangan jjong..

  9. Agak curiga nih eon! Yang ditunangin ma narim itu jinki yah eon#sotoi

    suka deh luluconnya jjong!! Eon tanggung jawab aku mulai lirik.lirik jong nih!!

  10. Waaa… Kaya.ny aku telat deh baca ff.ny
    Mian, al.ny ni wp baru kubuka..

    Si Narim beruntung, punya tunangan yg kaya trus cakep lagi..

    Nda osah banyak omong, langsung baca part 2 ah..

  11. eaa baru baca kak ge :p
    aq mau kalo dibekep ama jjong hhaha
    enaknya jadi narim huhuhu ngiriiii ><

  12. Akhirnya Jjong dpt peran penting jg *sujud syukur* hehe…

    Beruntungnya Narim dikelilingi 2 cowok tampan! Tp kenapa aku justru lbh penasaran ama Jinki ya… Sakit apa Jinki? Kok pake kursi roda? Nggak biasanya Jinki dpt peran dingin kayak gini…

    Oke meluncur ke part selanjutnya…

  13. Aiihh,, ini pertunangan bangsawan yah?? Hehe dibayanganku itu kayanya luaaass bgt itu rumah.. Sepertinya sikap dingin jinki bakal luluh sm keceriaannya narim.. Hoho! ^o^ kocak juga yah pake ada adegan penculikkan segala pas mau tunangan. Kirain si tokoh yg digigit itu jinki. Ternyata jjong! Hehe

  14. firasat nih , kayanya jinki suka deh sama narim . dari awal ketemu dia merhatiin mulu , terus dia paling care sama narim . hwahhh bisa jadi perang saudara ini , good story ! i’ll read till end haha

  15. itu rumah ato apa coba???
    Wkwkwk

    Narim aku mau jd dirimu :*
    Jinki yang sabar yah bang *hidup memang berat seberat badanmu *eh??

  16. penasaran sm dubu , misterius org.x ..
    jgn” dubu suka tuh sm narim ..
    lanjut k next chap ajja 🙂

  17. ini ceritanya masih flashback kan??
    Jinki lumpuh dr lahir atau krn kecelakaan/sjenisnya?
    Hmm msh bnyk pertanyaan..lanjut dulu dehh

  18. Waduuuh… rada perih bacanya Jonggey…
    Warna fontnya itu…. TT__TT

    Syok banget Jinki pakek kursi roda di sini…
    Tapi hubungan Jinki dan Jonghyun baik-baik saja, kan?
    Jinkinya aja yang terlalu diem…
    Tapi masih agak penasaran ma judulnya…
    Apa yang harus dibayar? Ada balas budi yang terselubung, kah?

Tinggalkan Balasan ke NoraOnew90 Batalkan balasan