BSFC – BEST PLACE

best place poster

Title                : Best Place (bersamamu adalah tempat terindah, untukku)

Cast                : JinBoon

Genre             : Marriage, Romance, Family

Wordcount     : 4.672 words

Backsound     : Best Place

Length            : One shoot

Rate                : PG/T

 

No matter where you are, you are my best place
There’s no other guy who compliments you best by your side

 

***

Hidup itu adalah sebuah pilihan, entah pilihan itu baik atau buruk.  Jika kau memilih ingin menjadi seseorang yang sukses dan kaya raya, maka kau harus berusaha untuk dapat meraihnya. Jika tidak, kau akan tertatih dan jatuh miskin. Hal seperti itupun bisa kau sebut pilihan. Setiap langkah kaki yang kau pijak, itu juga pilihan. Seperti makanan yang ingin kau masukkan kedalam perutmu yang sedang kelaparan, itu juga pilihan.

 

Itulah hidup. Begitu banyak pilihan, tinggal bagaimana kau bisa memilahnya dan menjadikannya yang terbaik untukmu.

 

Dan..

 

Dalam kesunyian yang damai serta malam yang bertabur kerlap kerlip bintang. Aku disudutkan dengan dua pilihan. Pilihan yang membuatku ragu untuk melangkah atau tetap berdiri tegak disatu sisi. Aku masih belum yakin dengan pilihan itu, jika aku mengatakan ‘iya’. Tetapi, jika aku mengatakan ‘tidak’, semua hanya tinggal kenangan.

 

Udara malam ini, membuatku harus memeluk erat tubuhku, sweater tipis yang kukenakan tidak cukup untuk menghalau dinginnya malam. Aku segera melangkah menuju kamar dan menutup pintu balkon.

 

Merebahkan diri di kasur, memejamkan mata sejenak kemudian menatap langit-langit kamar. Hampa. Itu yang kini kurasakan. Kamar luas yang terlihat sepi, hanya ada aku sendiri ditemani kesepianku.

 

Aku menoleh ke samping kiriku. Kosong. Di tempat tidur ini, hanya ada aku sendiri ditemani kegelisahanku. Haruskah aku mengatakan ‘iya’, agar aku tak kesepian? Aku memejamkan mataku kembali, mencoba berpikir apa yang akan terjadi jika aku mengatakan hal itu.

 

Decitan pintu terdengar samar. Gesekan sprei dan selimut menyatu, menandakan jika seseorang telah mendudukinya. Tanpa perlu aku membuka mata, aku tahu siapa yang selalu masuk kamarku tanpa mengetuknya terlebih dahulu.

 

Ia mengelus hidungku, mencubit pipiku, kemudian membisikkan sesuatu di telingaku, “Hei! Bangunlah!” Bisikan yang memekakkan telinga.

 

“Bisakah kau tidak teriak di telingaku?” Aku menoleh kearahnya sekilas.

 

“Ini masih jam 8, mengapa kau sudah tertidur. Ini seperti bukan kau!”

 

“Pergilah dari kamarku!” Aku bangkit dari tidurku dan menyuruhnya segera keluar dari kamar ini.

 

Ia berdiri dengan sebal kemudian meneliti kamarku. Sesaat ia tersenyum seraya melihat tumpukan snack yang aku letakkan di meja belajar. Ia berjalan kearah sana, mengambil sebatang cokelat dan chiki kesukaanku. Ia seolah tak melihat wajahku yang geram karenanya.

 

Ia berjalan keluar kamar dan aku segera menutup pintu kamar. Tetapi tangan besarnya menghalangiku. “Kau harus diet, bodoh! Dan pikirkanlah pilihan yang diberikan olehnya.” Ia tersenyum manis padaku, membelai rambutku dengan sayang. “Aku yakin, apa yang kau pilih itulah yang terbaik untukmu dan aku rasa mereka akan mengerti.” Ia berjalan kembali menuju kamarnya.

 

Memang, jika mengenal seseorang jangan dilihat dari luarnya, tapi juga hatinya. Terkadang ia terlihat seperti anak kecil berumur lima tahun, tapi disatu sisi ia bisa menjadi lelaki dewasa yang menjadi panutanku. Sejenak, aku beruntung memiliki kakak seperti dia. Tetapi sejenak kemudian, aku merasa kesialan datang melandaku, jika ia mulai menggangguku dengan tingkah konyolnya.

 

Dia sama seperti lelaki itu, lelaki yang telah menjadi kekasihku selama beberapa tahun terakhir. Aku mencintainya, diapun mencintaiku. Tapi, aku tak mau mengikrarkan jika ia adalah belahan jiwaku, karena aku tak tahu siapa yang akan menjadi pendamping sepanjang hidupku kelak. Dia ataukah yang lain.

 

Aku juga tak mau bilang, jika aku adalah tulang rusuknya yang hilang itu, yang akan selalu bersamanya dalam susah ataupun senang. Karena aku tak tahu apa aku akan selalu bersamanya atau tidak, terlebih saat pilihan itu datang. Ia memecah kesenanganku sesaat.

 

Aku masih ingat perkataannya kala itu, ketika ia mengajukan dua pilihan yang membuatku berpikir keras sekaligus ketakutan. Bahkan, aku belum memutuskan pilihan mana yang harus kupilih. Aku pernah bercerita pada kakakku, tetapi ia selalu berkata, “berpikirlah dengan tenang, kemudian putuskan apa yang akan menjadi pilihanmu, kemudian katakan pada mereka.”

 

***

 

Ia mengajakku untuk makan malam diluar. Awalnya, aku mengira ini hanyalah makan malam biasa, seperti yang kami lakukan. Hanya makan dan bercanda kemudian berjalan mengelilingi Seoul. Ternyata, dugaanku salah.

 

Malam ini ia terlihat rapi dengan wajahnya yang serius. Biasanya selagi aku makan, ia akan menggodaku atau berceloteh tak jelas agar aku tertawa akan kelucuannya. Tapi kali ini tidak, ia hanya diam menikmati makan malamnya. Aku bosan, ia tak seperti biasanya.

 

Aku mengelus tangan kanannya, ia berhenti mengayunkan pisaunya. Terlihat jika ia terkejut karena sentuhanku. Ia menoleh padaku dan tersenyum hambar.

 

“Malam ini kau terlihat aneh. Ada apa?” Tanyaku langsung pada topik yang menggangguku sedari tadi.

 

Ia menggelengkan kepalanya dan kembali tersenyum dengan penuh paksaan padaku. Tapi sejurus kemudian ia menatapku tajam dengan wajah yang serius. “Hal ini selalu menggangguku, bahkan aku terus mengabaikan mereka.”

 

Aku mengernyitkan dahiku, tanda tak mengerti. Ia menggenggam tanganku, kemudian melanjutkan perkataannya. “Gwe, maukah kau menikah denganku?”

 

Kini, aku hanya bisa membelalakan mataku, tak percaya dengan apa yang dia katakan. “Kau kan tahu, aku masih kuliah. Kau juga tahu, orang tuaku takkan merestuinya jika aku belum lulus kuliah.”

 

“Aku tahu, Gwe. Tapi orang tuaku selalu menyuruhku untuk cepat menikah. Mereka takut, jika mereka tak dapat mendampingiku jika aku menikah kelak, ditambah usiaku yang semakin tua.”

 

“Heh? Usiamu baru menginjak 25 tahun. Itu belum terlalu tua, Jinki. Apa mereka ingin jika kau menikah muda?”

 

“Gwe, aku tak bisa menentang mereka. Kau tahu kan, jika aku menyanyangi mereka? Sekarang kau hanya tinggal memilih saja. Apa kau mau menikah denganku? Atau hubungan kita sampai disini ini saja, karena aku yakin Eomma akan menikahkanku dengan perempuan yang telah ia perkenalkan padaku kemarin.” Seketika wajahku berubah ketika ia membawa nama seorang perempuan diantara kami, ia mengelus bahuku dan melanjutkan perkataannya. “Mianhae, Gweboonie. Aku tak memberitahumu.”

 

***

 

Aku benci dengan sebuah pilihan jika disudutkan seperti ini. Disatu sisi, aku belum siap untuk melepas masa lajangku, menjadi istri dari seorang Lee Jinki. Tapi di satu sisi lagi, aku tak mau kehilangannya. Bukan karena ia belahan jiwaku kelak, tapi hatiku seolah terikat padanya.

 

Aku masih belum bisa membayangkan jika jauh darinya, aku masih belum terbiasa tanpanya. Memang ini sedikit berlebihan, tapi ia adalah tongkatku.

 

“Gweboon Eonni!”

 

Suara mungil ini memecahkan lamunanku. Si pemilik suara hanya menyunggingkan senyum manisnya padaku, seolah merasa bersalah karena mengagetkanku. Aku membalas senyumannya. Aku tak bisa marah pada gadis mungil ini.

 

Eonni! Kita makan es krim yuk?” Ia mengajakku menelurusi jalan untuk keluar kampus dan menuju kedai es krim di depan kampus kami.

 

Aku menatapnya, ia berjalan riang dengan senyum yang selalu ia tunjukkan saat ia bertemu dengan orang-orang yang dikenalinya. Taeyeon, dia adalah kekasih sahabatku, Minho.

 

Kedai ini selalu ramai, karena es krim yang disajikannya memang enak dengan tampilan yang berbeda dari kedai es krim yang lain. Kami memilih duduk di dekat jendela agar dapat melihat jalan raya.

 

Setelah memesan es krim, Taeyeon sibuk dengan ponselnya. Terkadang ia tersenyum cerah, aku tahu yang mengirimkan pesan singkat itu pasti Minho.

 

Bosan. Aku mencari kesibukan lain, menatap ke sekelililing kedai ini mencari objek yang menyenangkan, mungkin. Tanpa sengaja mataku tertuju pada satu objek yang membuatku terus menatap kearahnya.

 

Pasangan muda suami-istri dengan anak lelakinya yang terlihat lucu. Sang istri menyuapi es krim ke mulut kecil si anak, kemudian anak itu tertawa manis memperlihatkan lesung di kedua pipinya. Bukankah itu terlihat menyenangkan?

 

Tiba-tiba pilihan yang telah diajukan Jinki padaku terbesit kembali dikepalaku. Bibirku menyunggingkan senyum jika mengingat pilihannya yang pertama. Dan aku tahu, senyuman ini adalah jawaban dari pilihan yang akan aku ambil, entah apapun hasilnya, baik atau buruk akan kuterima. Karena aku tak ingin kehilangan seseorang yang –mungkin saja- menjadi belahan jiwaku dan pendampingku kelak.

 

***

 

Eonni.. Kau cantik sekali. Gaun ini sangat pas ditubuhmu.” Taeyeon memandangku dengan takjub. Ia mencium pipiku kemudian memelukku.

 

“Yah! Taeyonnie.. Kau jangan memeluk Gweboon terlalu kencang. Nanti gaunnya jadi berantakan.” Minho menarik tangan Taeyeon yang masih memelukku.

 

“Ah! Mianhae, eonnie.” Ia memandangku dengan puppy eyes-nya. Lihatlah! Gadis ini sungguh lucu dan manis.

 

Aniyo.. Aku tidak marah padamu, Taeyeon.” Aku merangkul bahunya dan ia memeluk pinggangku.

 

“Gweboon, aku tak menyangka kau mendahuluiku untuk menikah.” Minho mencubit pelan pipiku.

 

“Inilah pilihanku, Minho-ah. Menjadi istri seorang Lee Jinki, menjadi pendampingnya saat senang ataupun sedih.”

 

Aku masih mengingat ketika aku menyetujui pilihan pertamanya, jika aku mau menikah dengannya dan menjadi istrinya. Ia tersenyum senang dan mengecup keningku. Disetiap perbincangan kami, ia selalu menyelipkan senyum yang biasa ia tunjukkan padaku.

 

Tapi kesenangan itu mendadak meredup, ketika kami sadar jika orang tuaku susah untuk merestui kami. Tapi Jinki meyakinkanku jika ia bisa meraih hati kedua orang tuaku itu.

 

Pada hari yang telah kami tentukan, lelaki berpipi chubby itu bertandang kerumahku. Ia mencoba berbicara secara perlahan dengan kedua orang tuaku. Terlihat kekakuan disana, yang biasanya hanya ada canda tawa kini menjadi sunyi dan serius. Aku dapat melihat jelas akan keterkejutan dari wajah mereka berdua ketika Jinki meminta ijin untuk menikahiku.

 

Namun sesaat, Ayah menunjukkan senyum setuju. Tapi tidak dengan Ibuku, ia masih belum rela jika aku akan diambil oleh Jinki. Wajahnya benar-benar terlihat cemas, tapi Jinki masih mencoba meyakinkan mereka jika ia akan menjagaku, menjadi suami yang baik untukku.

 

Sejurus kemudian Ibu tersenyum walau sedikit terpaksa, Ayah memegang jemari Ibu. Aku tahu, Ayah ingin berkata bahwa jangan terlalu khawatir dengan Jinki. Ayah percaya dengan apa yang dikatakan Jinki. Kekakuan itu kini berubah menjadi tawa bahagia.

 

Seseorang menepuk bahuku pelan kemudian mengelus rambutku, ia duduk disebelahku. Di anak tangga kelima, tempat yang nyaman untuk menguping pembicaraan mereka.

 

“Apa kau sudah lega, ketika mereka menyetujui pernikahanku kalian?” Kim Jonghyun, kini ia merangkulku. Aku mengangguk dan menyenderkan kepalaku dibahunya. “Kau mendahuluiku.” Ia merangkulku lebih erat.

 

***

 

Lelaki itu telah menungguku di depan altar, ia tersenyum manis kearahku ketika aku dan Ayah berjalan pelan menuju altar. Para tamu undangan disisi kiri dan kanan berdiri menyambutku, sama halnya dengan Jinki, mereka tersenyum ramah padaku. Sayup-sayup aku dapat mendengar mereka memujiku.

 

Kini, aku tepat berdiri disamping Jinki. Aku menoleh sekilas kearah kiriku, menatap Ayah, Ibu, Kakak dan juga sahabatku. Mereka tersenyum tulus padaku, termasuk Ibu, walau ia terlihat masih sedih akan pernikahan ini. Tetapi, ia tetap menunjukkan senyum manis di wajah cantiknya itu.

 

Pendeta membuka buku yang sedari tadi dipegangnya. Ia tersenyum kearahku dan Jinki, kemudian mengucapkan sumpah pernikahan yang akan kami jawab. Suasana seketika menjadi hening saat pendeta mulai berbicara, hanya ada suaranya dan Jinki, kemudian disusul suaraku.

 

Janji pernikahan telah kami sepakati, di depan altar kami telah bersumpah untuk sehidup semati. Untuk berbagi kesedihan juga kesenangan. Jinki telah resmi menjadi suamiku. Ia menautkan cincin emas di jari manisku, begitupun dengan diriku yang menyematkan cincin ke jari manisnya. Kemudian ia mencium bibirku.

 

Aku harap pilihanku untuk menjadi istrinya tidaklah salah. Aku mencintainya dan iapun mencintaiku. Ketika kita lahir ke dunia, Tuhan telah menentukan jodoh kita. Dan aku rasa, Tuhan telah memberikan Jinki padaku untuk menemani dan menjagaku sampai maut yang memisahkan kami. Bukankah itu yang namanya cinta sejati?

 

***

 

Ternyata pernikahan tidak seburuk yang aku pikirkan. Tetapi menyenangkan, dimana seseorang yang kau sayangi ada bersamamu, tepat berada disisimu. Tak ada lagi ucapan ‘selamat tidur’ yang dikirimkan via ponsel atau mendengar suaranya di seberang sana. Melainkan kau dapat mendengar suaranya secara langsung bahkan ia membelai rambutmu dan mengucapkan ‘selamat tidur’ tepat disampingmu dan mencium pipimu sekilas.

 

Kau juga dapat makan bersamanya di meja makan rumah kalian, bukan lagi di restaurant. Terlebih, jika ia memakan masakanmu dengan lahap tak bersisa kemudian berkata, “Sebelumnya, aku tak pernah memakan makanan selezat ini. Yeobo, gomawo.

 

Bukankah itu terlihat menyenangkan?

 

Itulah yang aku rasakan setelah tiga bulan pernikahan kami. Aku bahagia berada disisinya seperti ini. Membetulkan dasinya yang berantakan sebelum ia berangkat kerja.

 

Aku masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah pada diriku. Aku tetap menjalani kuliah seperti biasanya. Hanya saja, statusku kini yang berubah, menjadi istri dari seseorang yang aku cintai.

 

Eonni!

 

Tanpa perlu aku menoleh, aku sudah hapal dengan suara mungil ini. Ia merangkulku dengan sayang.

 

“Rasanya aku ingin sepertimu, eonni. Menikah diusia muda.”

 

“Tunggulah sampai Minho lulus dan mendapat pekerjaan yang bagus. Sekarang bukan waktunya. Pikirkan saja dulu kuliahmu, Taeyeon.”

 

Ia mengangguk dan menoleh kearahku. “Ah! Eonnie, apa hari ini kau masih ada kuliah?”

 

“Hmm. Andwae. Waeyo?

 

“Bagaimana jika kita shopping? Sejak eonnie menikah, kita jarang jalan-jalan berdua lagi. Maukah eonnie?”

 

“Baiklah.” Aku merangkulnya dan berjalan menuju parkiran.

 

***

 

“Taeyeon, belanjamu apa tidak terlalu banyak?” Aku memandang kantung belanjaan Taeyeon. Gadis itu hanya menggeleng kemudian berjalan kembali.

 

“Bahkan ini masih kurang, eonnie.” Ia masuk ke salah satu outlet baju. Tak lama kemudian, ia keluar lagi. “Tak ada model baju yang bagus.”

 

“Kau tak lelah, terus berkeliling seperti itu? Bagaimana jika istirahat? Aku lapar.” Tanyaku seraya berjalan menjauhi tempat itu dan mencari tempat makanan cepat saji.

 

Kami memasuki restaurant yang cukup terkenal di mall ini. Tanpa pikir panjang, aku segera mencari tempat duduk. Aku lelah. Tak berapa lama pelayan disana menghampiri kami, memberi buku tebal untuk kami lihat.

 

Eonnie..” Panggil Taeyeon ketika pelayan itu telah pergi.

 

“Hmm?”

 

“Kantung belanjaanmu hanya satu, apa kau tak ingin berbelanja lagi?” Aku hanya menggelengkan kepalaku, ia menatapku tak percaya. “Kukira.. eonnie yang akan berbelanja banyak ternyata aku. Semenjak eonnie menikah, eonnie jadi hemat.”

 

Aku tersenyum menanggapi perkataannya. “Taeyeon, jika kau menikah nanti, kau akan mengerti barang apa yang sebaiknya kau beli karena butuh atau memang tidak kau butuhkan. Kau harus belajar menghemat. Menjadi seorang istri yang baik, bukanlah untuk menghamburkan uang suami yang telah bekerja keras untuk membiayai kehidupan rumah tangga yang telah dibangun.”

 

“Hmm.. Arasso, eonnie. Aku akan belajar berhemat darimu.”

 

Aniyo, belajarlah pada diri sendiri. Pilih mana barang yang memang kau butuhkan dan tidak.”

 

Makanan yang telah kami pesan telah datang, kami memakannya dengan santai tak terburu-buru. Sepertinya nafsu berbelanja Taeyeon tidak terlalu membara seperti tadi.

 

Setelah selesai makan, kami beranjak dari sana dan berjalan-jalan kembali hanya sekedar melihat-lihat. Kami memasuki area bermain anak-anak, Taeyeon bermain dance dan aku hanya melihatnya. Taeyeon, ia masih terlihat seperti anak kecil.

 

Eonnie..” Panggilnya saat ia telah duduk disampingku.

 

“Hmm?”

 

“Setelah menikah, apa kalian tak ingin memiliki anak?” Tanyanya tertahan. Aku hanya diam mematung. Aku tak pernah membayangkan hal ini, bahwa nantinya aku akan menjadi seorang ibu. Karena yang aku tahu, aku hanya ingin bersama Jinki. Itu saja. Dan apa aku mampu untuk menjadi seorang ibu?

 

Taeyeon menyenggol lengaku, “Lihatlah, eonnie! Anak-anak itu terlihat lucu, bukan?” Ia menunjuk ke arah anak-anak balik yang sedang bermain. Aku mengikuti gerak jarinya, beberapa anak sedang bermain bersama. Ada yang tertawa dengan lucunya, ada yang menggembungkan pipinya karena mainannya diambil oleh temannya.

 

“Saat menikah, pasti ada keinginan untuk memiliki anak, ya kan eonnie?” Ia tersenyum jahil padaku.

 

***

 

Ini minggu kedua setelah perkataan Taeyeon tempo hari dan aku masih mengingatnya. Aku tak pernah berpikir, apakah Jinki menginginkan seorang malaikat kecil di tengah keluarga kecil kami. Ia tak pernah meminta apapun dariku, ia malah selalu mengkhawatirkanku.

 

Debaran jantung ini selalu berdegup kencang jika mengingat hal itu, terlebih jika melihat seorang suami istri yang bermain bersama anak mereka. Ada rasa iri, tersemat disana.

 

“Mengapa kau melamun, yeobo?”

 

Aku mengalihkan pandanganku kearah Jinki yang telah duduk di kursi-meja makan. Ia memandangku dengan senyum manisnya, matanya menghilang. Ia terlihat seperti anak kecil. Anak kecil? Mengapa dua buah kata ini selalu menghantuiku?

 

“Kau sakit?” Kini ia memandangku dengan penuh kekhawatiran, kemudian berjalan mendekatiku.

 

Aniyo.. Aku hanya memikirkan tugas akhirku yang belum kelar ini, yeobo. Kau tahu kan, menjadi mahasiswa di saat seperti ini, tidak menyenangkan.” Elakku cepat.

 

“Bersabarlah dan jalani saja. Dan wisuda akan ada di depan matamu, setelah itu kau akan bebas.” Ia mengusap kepalaku pelan. “Apa ada yang perlu aku bantu?” Aku menggelengkan kepalaku.

 

Aroma yang biasa aku hirup itu, kini terasa memabukkan. Tak seperti biasanya. Terlebih saat bibir kami saling mendekat kemudian menyatu. Semua terasa indah. Ia menggendongku dan membawaku ke kamar.

 

Aku tak perduli lagi dengan perkataan Taeyeon, aku tak peduli dengan apa yang kutakutkan. Malam ini akan menjadi malam panjang untukku dan dia. Semua terasa berbeda ketika hati telah menyatu. Jangan pernah dipaksa, semua akan mengalir tanpa kau pinta.

 

***

 

Aku memandang meja yang berantakan karena ulahku ini. Mencari kertas yang telah dipenuhi dengan tulisan dosenku untuk perbaikan tugas akhirku. Namun, kini kertas itu entah tergeletak dimana. Aku mulai membongkar tumpukan kertas itu kembali, mencoba mencarinya dengan teliti.

 

“Ketemu..” Lirihku. Ternyata kertas itu berada di dalam scrapbook, buku tentang kisah cintaku dengan Jinki. Sudah lama aku tak membuka buku ini, tepatnya semenjak kami menikah.

 

Aku tersenyum ketika membacanya kembali. Ternyata hubungan kami selama tiga tahun ini membawa kami kedalam sebuah ikatan yang lebih indah daripada sebelumnya.

 

Melihat layar hitam dengan garis putih ini terasa membosankan, serasa hidup penuh warna hitam putih tanpa hiasan warna yang lainnya.

 

Aku mengambil ponselku dan segera memencet nomer yang sudah kuhapal sebelumnya. Terdengar nada sambung disana.

 

Annyeong.. kau sedang apa? Mau berjalan-jalan denganku?”

 

“…”

 

“Ah.. rupanya kau sedang sakit perut. Arasso. Cepat sembuh ya.”

 

Aku menutup perbincanganku dengan Taeyon di telepon. Aku bosan, tapi tak ada teman untuk berjalan-jalan. Aku beranjak dari dudukku dan menuju kamarku, kemudian merebahkan diri diatas kasur empuk ini.

 

Tak lama, aku bangun kembali dan melihat tanggalan. Aku baru sadar, jika aku belum mendapatkan menstruasi semenjak dua bulan terakhir ini. Sepertinya karena aku stress akan tugas akhirku ini. Bukankah stresspun mempengaruhi menstruasi?

 

Aku merebahkan diriku kembali dan mencoba merangkai mimpi.

 

***

 

Sudah seminggu ini aku tidur malam secara berkala hanya untuk mengerjakan tugas-tugas ini. Karena minggu depan aku akan sidang untuk menyelesaikan kewajibanku sebagai seorang mahasiswa. Sejenak saja, aku ingin bebas dari tugas yang membelenggu ini.

 

Desiran aneh ini membuat perutku mual, kepalaku rasanya seperti berputar-putar. Aku beranjak cepat dari dudukku kemudian berlari ke kamar mandi. Mengeluarkan semua yang terus bergelayut di dalam tubuhku.

 

“Woeekk..”

 

Aku bergidik, ketika melihat isi dalam perutku. Apa mungkin karena belakangan ini aku sering tidur malam? Entahlah, yang jelas tubuh ini tidak berproses dengan baik.

 

Seseorang memapahku keluar dari kamar mandi, ia terlihat cemas. Tapi aku tak menyadari, sejak kapan ia ada di kamar mandi dan memapahku seperti ini. Dan membawaku ke kamar.

 

“Beristirahatlah. Jangan terlalu memaksakan diri. Kau itu lelah.” Ia menyelimutiku dengan sayang. “Aku akan membuatkan teh hangat untukmu. Tunggulah.” Aku mengangguk.

 

Tak berapa lama ia kembali ke kamar dengan nampan yang berisi teh hangat dan juga bubur. Ia duduk di tepi tempat tidur, membantuku untuk duduk kemudian menyuapiku. Aku menatap kecemasan di wajahnya.

 

“Lebih baik, kita ke dokter saja.”

 

Aku menautkan kedua alisku, tidak setuju dengan usulnya. Karena aku yakin setelah dari dokter, maka ia takkan memberiku izin untuk beraktifitas yang terlalu berat. Selalu seperti itu. Tapi tidak untuk kali ini, walaupun aku merasa mual. Aku masih membayangkan tugasku untuk sidang minggu depan.

 

Aku menggelengkan kepalaku cepat. Ia menghentikan suapannya di mulutku. Menatapku tajam. “Kau sakit, yeobo. Kita harus ke dokter.” Ia tetap bersikeras memaksaku.

 

“Aku tidak apa-apa, yeobo. Aku hanya kelelahan. Itu saja.” Aku berusaha meyakinkannya agar ia percaya padaku. Terlihat dari sorot matanya, jika ia masih meragukanku. “Lagipula, minggu depan aku sidang. Kau tau itu, kan? Jadi aku harus mengerjakan makalah ini sesegera mungkin.”

 

“Baiklah. Jika kau merasa sakit, beritahu aku dan aku akan membawamu ke dokter.”

 

“Aku mengerti.” Ia mengecup kening dan bibirku sekilas. Kemudian ia menyelimutiku kembali, membiarkanku untuk segera tidur.

 

***

 

“Eonnie, apa kau tidak apa-apa?” Taeyeon memegang keningku. Aku hanya bisa menggeleng lemah.

 

Sejak kejadian seminggu yang lalu, penyakit ini bukannya berkurang malah membuatku semakin mual. Tanpa sebab, aku selalu muntah tak jelas. Terkadang hanya air yang keluar, terkadang juga hanya rasa mual yang aku terima.

 

“Gweboon, kau terlihat pucat. Sebentar lagi kau maju.” Ujar Nicole yang terlihat mengkhawatirkanku.

 

“Aku tidak apa-apa.” Aku senyum terpaksa padanya.

 

Seseorang mengajakku menjauh dari sana. Ia memelukku hangat. Berbisik pelan di telingaku, “Aku tak mau tahu, setelah sidang ini kau harus ke dokter. Aku tak tahan melihatmu yang mual-mual seperti ini.” Ia melepaskan pelukannya.

 

Nicole mendekat kearah kami. Ia tersenyum sekilas kearah Jinki kemudian menatapku. “Gwe, sebentar lagi giliranmu.” Aku menganggukan kepalaku dan ia berlalu dari sana.

 

You can do it, honey. I love you.” Ia tersenyum manis padaku. Aku berjalan meninggalkannya seraya menatapnya. Ia melambaikan tangannya seolah berucap ‘fighting!’.

 

Aku menghembuskan napasku keras. Degup jantung ini semakin cepat, bukan karena mual saja tetapi juga rasa gugup saat menghadapi dosen yang siap bertanya banyak hal padaku. Seperti katanya, aku pasti bisa melewati satu fase ini.

 

Akhirnya sidang ini berakhir juga dengan senyum puas yang diberikan dosen-dosen padaku. Aku segera keluar untuk bertemu dengan Jinki dan menceritakan apa yang terjadi selama satu jam di dalam sana.

 

***

 

Selama menunggu kelulusan, Jinki melarangku kemana-mana. Ia lebih protektif kepadaku. Tak memperbolehkanku melakukan apapun, hanya boleh beristirahat dan menyiapkan makanan untuknya. Begitupun dengan orang tua kami, mereka melakukan hal yang sama padaku. Aku seperti terkurung jika seperti ini.

 

Setelah sidangku berakhir, Jinki benar-benar membawaku ke dokter. Ia terlalu khawatir tentang keadaanku.

 

Selesai memeriksaku, dokter tersenyum sumringah padaku dan juga Jinki. Ia mengatakan jika hal yang selama ini kualami karena ada benih-benih kami di dalam perutku, aku hamil. Jinki terlihat bahagia dan tak menyangka ketika dokter berkata seperti itu. Akupun merasakan hal yang sama dengan apa yang Jinki rasakan.

 

Ketakutankupun mulai timbul. Berbagai pertanyaan menghampiriku. Apa aku bisa menjadi seorang Ibu? Apa aku bisa mengasuh anakku dengan baik? Apa aku…

 

Aku membuka majalah fashion sedari tadi, tetapi tak ada satupun yang membuatku tertarik. Semua terlihat membosankan. Entahlah, saat ini aku ingin Jinki disini, menemaniku. Rasanya aku ingin memeluknya.

 

***

 

Tanpa terasa lajurnya waktu, usia kandunganku sudah 8 bulan. Itu tandanya sebulan lagi aku akan mengeluarkan malaikat kecil ini ke dunia dan menjadi penyempurna di dalam keluarga kecil kami ini.

 

Setiap pulang dari kantor Jinki tak pernah lupa mengecup perutku, mengelusnya dan memberi salam pada seseorang di dalam sana. Ia terlihat tak sabar menunggu kelahiran buah hati kami.

 

Taeyeon, Minho dan juga kakakku, Jonghyun, selalu mampir kerumah kami. Hanya sekedar menemaniku agar aku tak kesepian ketika ditinggal Jinki ke kantor. Terlebih Jonghyun, ia pernah membawa pekerjaannya ke sini dan menemaniku. Dari awal pernikahanku, ia selalu mengeluh karena ia tak memiliki teman adu mulut lagi. Oleh karena itu, ia terlihat protektif padaku, terlebih saat Jinki sibuk dengan pekerjaannya.

 

***

 

Usia kandunganku sudah memasuki 9 bulan. Rasanya aku ingin segera mengeluarkan malaikat kecil ini. perutku terasa sakit, air ketuban keluar dari selangkanganku. Aku menjerit keras, tapi percuma karena tak ada yang mendengarkanku.

 

Aku ingin meraih gagang telepon untuk menelpon Jinki. Tapi apa daya, aku tak mampu jika harus berdiri. Sakit, itu yang kurasakan kini.

 

Aku mendengar suara pintu dibuka. Jinkikah? Kepalaku terasa pusing, aku tak kuat. Mataku terpejam.

 

***

 

“Nggg..” Aku terus berusaha mengeluarkan malaikat ini dengan cara normal. Napasku sudah tak beraturan. Jinki selalu berada didekatku, menggenggam tanganku erat seolah tak mau melepaskanku. Ia terus menyemangatiku, agar aku kuat dan tak lemah untuk tetap bertahan mengeluarkan buah hati kami ini.

 

Kau tahu kan, jika melahirkan itu susah? Bahkan kau bisa saja kehilangan nyawa demi menyelamatkan seseorang yang kau kandung selama 9 bulan. Itulah mulianya menjadi seorang ibu. Karena itu ada pepatah ‘surga di telapak kaki ibu’.

 

Dan Jinki, tak menginginkan hal itu terjadi. Ia tak pernah lelah disampingku sampai persalinan selesai. Ia selalu ada bersamaku.

 

Seharusnya persalinan yang normal tidak memerlukan waktu yang lama, tapi tidak denganku. Persalinan ini cukup lama, sampai terdengar suara anak kecil yang memecah keheningan kami. Bayiku terlahir dengan selamat. Jinki mengeluarkan air matanya, ia terharu. Mencium keningku lama dan terus menerus berkata, jika ia menyanyangiku juga malaikat kecil kami.

 

Aku menatap bayi itu dalam gendongan suster. Ia seperti orang asing dimataku, seseorang yang datang dengan dipenuhi lendir dengan tangisan yang memekakkan telinga. Aku tak pernah berpikir, jika nanti ia akan mengacaukan segalanya. Mengacaukan kesenanganku, meraih cita-citaku, juga bermesraanku dengan Jinki. Ia akan mengacaukan segalanya.

 

***

 

Tak perlu berlama-lama di rumah sakit, kini aku sudah bebas dari tempat yang membosankan itu. Sejauh mata memandang hanya ada warna putih yang terlihat.

 

Makhluk kecil ini selalu mengganggu tidur malamku, ia selalu menangis tengah malam. Entah apa sebabnya, ia tak mengerti jika aku lelah. Ia tak mengerti jika aku kewalahan menghadapinya. Dengan malas aku beranjak dari tidurku, menggendongnya dan mulai menenangkannya.

 

Aku tak mengerti mengapa makhluk ini, hanya bisa menangis. Ia memiliki level tangisan yang berbeda-beda di tiap perasaannya. Terkadang melengking dengan keras, terkadang juga menangis dengan sendu yang membuat pilu. Jika ia lapar, buang air kecil ataupun besar ia akan menangis. Tak perduli dalam kondisi apapun, ia akan menangis sekuat yang ia mampu.

 

Ia tak mengerti kata ‘sabar’, ‘sebentar’, ‘tunggulah’, yang ia tahu hanya menangis maka setelah itu ia akan tenang dan dapat tertidur dengan pulas. Haruskah aku membalas tangisannya dengan menangis juga? Ah makhluk kecil ini, sungguh membuatku juga Jinki kewalahan.

 

Setelah ia mendapat apa yang ia inginkan, ia segera tidur. Tak peduli denganku yang kini jadi tidak mengantuk lagi, sudah puaskah ia mengerjaiku? Ah!

 

***

 

Aku tak pernah mampu untuk memandikan makhluk kecil ini, selalu Jinki yang memandikannya dan aku hanya bisa memandang mereka berdua.

 

Aku tahu, jika Jinki sebenarnya takut jika harus menghadapi anak kecil, ia takut jika mencelakakan anak kecil. Tapi, entah mengapa, sekarang ia dengan semangat menggendong bahkan memandikan makhluk kecil ini. Aku menatap wajah Jinki yang tersenyum senang kala melihat wajah makhluk ini tersenyum kepadanya.

 

Yeobo, aku selalu penasaran padamu tentang satu hal ini.”

 

Ia menatapku sekilas, kemudia sibuk kembali memandikan makhluk kecil ini. “Hmm?”

 

“Bukankah kau malas jika berurusan dengan anak kecil? Tapi mengapa kini kau malah semangat seperti ini?”

 

Ia menanggapiku dengan senyuman. “Gweboonie, aku memang takut jika berurusan dengan anak kecil. Tapi itu pengecualian untuk anakku. Jika aku takut menggendong anakku, bagaimana bisa aku merawatnya hingga ia tumbuh menjadi dewasa. Aku tak mungkin membiarkanmu merawatnya sendiri sedangkan aku sibuk dengan pekerjaanku. Kau tahu, dengan kehadirannya itu tandanya Tuhan percaya pada kita untuk menjaganya. Mengapa aku harus menyia-nyiakan titipan-Nya pada kita?”

 

Aku tersenyum senang mendengar jawabannya. Jiwa kebapakan Jinki sudah muncul, dia jauh lebih dewasa. Kini, aku mengambil alih Jinki, aku memakaikan baju ke badan mungil makhluk kecil ini.

 

***

 

Sekarang makhluk kecil ini telah berumur satu tahun, ia mulai belajar merangkak. Begitu lucu, ketika ia duduk karena kelelahan. Aku tak lagi menganggap makhluk kecil ini aneh tapi lucu dan menggemaskan.

 

Makhluk kecil ini bagian dari hidupku, ia berada di dalam perutku selama 9 bulan. Bahkan, selama itu pula ia tak pernah rewel, memintaku ini dan itu. Iya hanya diam, mungkin karena ia tak sabar melihat dunia yang sebenarnya bersamaku.

 

Ia masih belum bisa berbicara, hanya berkata tak jelas. Aku pernah mengacuhkannya saat ia meminta sesuatu dariku karena aku tak menghiraukannya, ia pun menangis kemudian terdiam ketika aku memeluknya.

 

“Taemin, maafkan Eomma ya?” Aku mencium kepalanya, memeluknya dengan sayang.

 

Sepertinya aku sudah terikat dengannya, aku tak ingin dia terluka bahkan terjatuh. Mungkin, aku terlalu sayang padanya. Kami selalu bermain bersama, kadang ia tertawa ketika aku melakukan tingkah konyol di depannya.

 

Aku bahagia bisa melewati fase ini, menjadi seorang Ibu. Bukankah itu kebahagian tersendiri bagi seorang wanita?

 

Aku menatap lekat anakku ini. Membayangkan yang akan terjadi padanya. Ia akan tumbuh menjadi lelaki dewasa, mengikuti alurnya kehidupan, kemudian ia akan menikah dengan seseorang yang dicintainya dan memiliki anak. Sedangkan aku, aku mulai menua dan hanya menikmati sisa-sisa hidupku. Inilah kehidupan didunia, terus berputar seperti roda. Semua yang lahir akan menjadi dewasa kemudian mengikuti alur kehidupan yang sudah ditentukan oleh-Nya.

 

***

 

Eomma.. mengapa menangis?” Ia mengusap air mataku kemudian memelukku. Lihatlah! Malaikat kecilku sudah bisa berbicara bahkan menenangkanku dan memelukku.

 

Aniyo.. Eomma tidak kenapa-napa. Yuk kita jalan lagi?”

 

Jinki mengangkat jagoan kecil kami ini dan mendudukannya di sela-sela lehernya. Kami kembali berjalan-jalan mengitari taman yang tak terlalu jauh dari rumah kami ini.

 

Aku bahagia.

 

Memiliki Jinki yang selalu ada untukku, menyanyangiku dan juga mencintaiku apa adanya aku. Juga memiliki Taemin, yang menjadi pelengkap di dalam kehidupanku.

 

Menjadi seorang Istri sekaligus Ibu itu menyenangkan dan aku bangga sudah melewati fase ini. Fase yang takkan pernah terlupakan sampai kapanpun.

 

‘Jinki.. Taemin.. Aku menyanyangi kalian, sampai kapanpun bahkan sampai ragaku tak bernyawa lagi.’

 

***

 

As long as you’ll always be by my side, you’re my best place
There’s no other person by your side who could love you as much as I do

***

 

 

“Siapapun kau yang membaca kisahku ini, terutama kau, yang menyebut diri kalian sebagai perempuan. Kau akan melewati fase sepertiku ini, maka nikmatilah. Jangan kau sia-siakan yang Tuhan berikan untukmu, terlebih jika seorang malaikat kecil hadir di dalam kehidupanmu.”

 

F I N

113 responses to “BSFC – BEST PLACE

  1. Mian….mnurutku crtax flat2 aja….tapi tap bgus kok ffx rapi….

    Semangat dlm berkarya lg ya thor….fighting

  2. Ceritanya bikin envy, bikin pngen cepet2 nikah (ʃ⌣ƪ)
    Nikah sm jinki maksudnya *eh
    Konflik nya ga ada ya, datar, tp bagus ko.

  3. Sumpahhh….ceritanyaaa manisssss banget bangettt banget….
    Saya selalu suka bgd nih sama cerita kaya gini….
    Perasaan tuh saya ikutan ngerasain jd gweboon….
    Suka bgd sm jinki disini…selalu nemenin gwe saat kapanpun…beruntung deh si gwe…

    Daebak author!

  4. AKU SUKA! ini reality kehidupan banget. ahhh alur ceritanya bagus. nyambung dan gak loncat2, gaya bahasanya mudah di mengerti. recommended banget! pokonya saya ngevote ff ini, semoga jadi the first winner!

  5. yeay, jinbooooooooonn,,,,,,,,,,,,,

    ehm, ceritanya bagus tapi kurang ada klimaks disini. mungkin akan lebih baik kalo diberi sedikit konflik di dalamnya,,,
    but overall I love this fic. fighting for author ^^

  6. ini cerita nya kurang fokus kek nya , trus jinboon’s life nya ga terlalu di terangin juga .. cepet alurnya /god !! why i bcm more talkative lately orz .. hahahaha maafin yak .. but this’s a great next ff that i vote after graze ❤

  7. sebenernya ini cerita kehidupan pada umumnya tapi ini manis jarang-jarang ada yg bikin ff. tentang real fase kehidupan, kerenz.,.,.
    jadi pengen cpt-cpt nikah hehe^^

  8. aku suka cerita nya, terus ada pesan yg aku tangkep dr cerita ini yaitu untuk selalu berpikir dengan tenang dalam setiap mengambil keputusan yang di berikan oleh kehidupan, terus jg harus besikap dewasa dalam menjalani kehidupan ini,, itu sih yg aki lihat dr karakter sosok gweboon ^^
    untuk author-nim fighting untuk cerita2 selanjut nya,
    cheers ^^

  9. Wuaah,, manis bgt ceritanya, sesuai dengan realita.. Bhsa yg digunakan mudah dimengerti.
    Tp syangnya dr awal smpe akhir gak ada yg mengejutkan..
    Bagusnya dikasi adegan2 yg mengejutkan deh..
    Tp ini kisah jinboonnya sweet bgt, keluarga yg sakinah, mawaddah n warrohmah.. Kekekee

  10. posternya bagus…

    apakah ini sebuah diary?
    Aq ngerasa gweboon sedang bercerita padaku…
    suka…
    tp, ini kehidupan gwe lurus2 ajah..
    ga pernah nemu kerikil ya….

    menurutku sih kurang konflik..
    ta manis ko…

    *asli, suka posternya*

  11. saya… suka ini kaya si gwe ceritain kisah percintaan nya…

    kekeke^^ suka sama kata2 JINKI yg.. jangan pernah menyia-yiakan sang anak yg telh di titipkan oleh tuhan….

    kurang greget thor..vkarna konfliknya cuman sedikit…
    but.. SEMNGAT DN TERUS BERKARYA NE ^^

  12. Aku suka gaya nulisnya, diksinya lumayan&tulisannya juga rapih, tiap2 scene dijelasin dgn baik, alurnya juga jelas. Tapi ceritanya minim konflik jadi terkesan flat aja gt thor bacanya^^ Fase2(?) keluarga bahagia, lengkap bgt, dari mulai pacaran sampe nikah, punya anak, trs idup bahagia selamanya(?) Overall ff-nya keren kok, keep writing ya thor!!^^

  13. Bener-bener tentang kehidupan,, wlaupun memang gak ada konflik, tapi keren…
    Jinki memang tipe suami idaman, jd pengen nikah ma elu mang ayam.plak
    Daebak thor…
    Like this

  14. Huaaaaaaa….Чªή9 ini juga daebak???
    Bravo!!!!
    Bagus bgt ceritanya tp gwe tega nyebut anaknua makhluk aneh. Wkwkwkwkwk…

  15. aku suka posternyaaaaa xD

    Ceritanya juga mengharukan.. Aq pengen jdi gwiboon TT TT
    eh maksudny nnti dapat suami yg sifatnya kayak jinki, tpi yg rajin solat jg #plak

    Iya bener ceritanya umum, tpi cara authornya nulis itu bikin pembacanya ngrasa wow! keren sekaliiiiiiii~

    dan spertinya….. aq tau siapa authornya… hiiii hiii hiii

    aq jg juarain yg inihh!! author, I love youuuh ❤

    • uwoo terimakasih.. hehe..
      saya juga pengen jadi Gweboon yang bersuamikan Jinki. hehe..
      uwo..uwo..
      terimakasih komentarnya ya (∩_∩)

      hayoo tebak saya siapa?
      tadi katanya tahu. hihi..
      i love you too..

  16. widih…. petuah petuah (?) nya ajiiiibbb thor

    setiap manusia yg hidup memang hrs melewati fase fase takdir yg sudah di tentukan oleh Tuhan… Nah pilihannya tergantung kita yg jalani,, mw hidup baik or buruk,, susah or senang,, punya pasangan or single,, dll

    dr posternya udh ketawan kalu ini bakalan nyajiin fase kehidupan jinboon… yg jadi nilai plusnya byk petuah petuah (apasih namanya?? wejengan (?) dr authornya.. i like it

    • petuah? hehe.. terimakasih ya, Yinyang..
      sip. hidup memang penuh pilihan, tinggal bagaimana memilahnya. hehe
      terimakasih komentarnya ya (∩_∩)

  17. ulalalalala woaaaa sedih ini dua kalinya gue koment moga aja masuk…suka sih sama ide ceritanya bahasa yang dipake juga bagus tapi sayang pov nya cuma di gwebon aja..gue gak tau apa yang ada dihati dan pikiran jinki wkwkwk #songong mungkin akan lebih bagus kalo jinki dikasih bangian ngungkapin perasaan itu ajasih pendapat gue 🙂

  18. keren bgt ff’a, pengalaman sendiri ya author? brarti author nya uda dewasa dong ya, pesan2 yg trsurat d dalam ff nya bagus-bagus. ini bukan sekedar ff biasa, banyak kata2 yang bagus dan dalam, bagus banget…

  19. hmm banyak pelajaran yg dapat di ambil dari ff ini

    yg pada mulanya jinki dan gwe berpacaran kemudian menikah muda, jd ibu muda

    kata” author bener” teresap di hati deh

    memang dunia ini terus berputar dari bayi,remaja,dewasa,tua(?)

    oh ia ff ini smua.a gwe pov yah, ane sih pengen.a ada jinki pov juga
    jd nanti.a lebih terasa(?) ffnya
    gomawo atas wejangan.a thor

  20. wooaaa aku paling suka kata-kata awalnya.yang ngebahas tentang pilihan itu. ceritanya keren, tapi ngga ada konflik ya? jadi rasanya datar-datar aja, kurang greget. tapi diksinya keren dan cara authornya nulis itu bikin yang baca ikutan bayangin jadi gwiboon, dan yang penting banyak pesen moralnya deh ya 🙂 keren keren.. dan satu lagi, agak gimana gitu sama pengganti ‘anak’ jadi makhluk kecil. tapitetep keren pake banget. like this keep writing 😀

  21. serasa baca diary iah 😀

    sukaaa ff ne..
    bnyak makna” yg trselumbung..
    misalnyaa.. d lamar babeh, nikah ma babeh, malam pertama ma babeh, hamil anak babeh, ngelahirin n hdup bahagia brsama babeh n taeby *ngayal *ngawur *lol *abaikan

    suka kata” d ff ne..
    Hidup itu adalah sebuah
    pilihan, entah pilihan itu baik
    atau buruk.
    Itulah hidup. Begitu banyak
    pilihan, tinggal bagaimana kau
    bisa memilahnya dan
    menjadikannya yang terbaik
    untukmu.
    Ketika kita lahir
    ke dunia, Tuhan telah
    menentukan jodoh kita.
    Ketika kita lahir
    ke dunia, Tuhan telah
    menentukan jodoh kita.

    DAEBAK AUTHORNYAAA!!
    SARANGHAE :* :*

  22. ini sejenis marriage life impian ane nih
    hahahaha,, sumpah aku juga pernah berkhayal hidup harmonis kayak gitu
    pastinya yang bikin semua orang ngiri
    pas banget nih, ini ff juga bikin envi buwanget,,,,
    ntar malem deh kalo mau tidur bayangin cast-nya aku ama mino
    hohohohohoh
    keren banget ini author penjabaran kalimatnya, mudah dimengerti dan dipahami,,
    gak terlalu berat diksinya, cucok lah sama otak aye, hahaahahaa

  23. ff pertama yang di baca di kompetisi ini lol

    ada typo satu loh :p, tapi nggak apa-apa lah, kan manusia juga buat typo 🙂

    ahh banyak yang komen yak di atas,,

    ceritanya manis, walaupun banyak yang bilang nggak ada konflik nggak seru tapi menurut kau ini keren banget..
    kan nggak selamanya cerita hidup selalu ada konflik. mungkin aja yang di tonjolin itu kisah manis mereka #colek author

    sudut pandangannya bagus dah, berasa dengerin gwe ceritain kisah cintanya ama jinki..

    oh yah apa bakal ada perasaan aneh kya gwe gitu klo udah ngelahirin?
    perasaan yang nganggap anaknya merusak hidupnya walaupun pd akhirnya ada ikatan antara mereka?

    bagiaan itu bikin aku mikir sebagai seorang anak apa dulu emak gw mikir kya gitu yah pas lahirin gw?
    jujur yah pas bagian itu sedikit ada rasa takut buat lahirin dan takut orang tua gw punya pemikiran kya gwe itu -_-

    • hmm.. nggak semua ibu seperti itu, kok. ini hanya penjabaran kecil dari ibu muda yang pertama kali melahirkan. hehe
      terimakasih komentarnya ya (∩_∩)

  24. Kkkkk~ kesan pertama aku tentang ff ini adalah posternya keren banget><
    lalu aku baca dan wow, struktur bahasanya rapi, pemakaian diksi dan tata bahasa juga tepat.
    Cuma aku nemu beberapa typo:
    -di telingaku, “Hei! Bangunlah!”
    nah itu kan harusnya di huruf 'H' itu pake huruf kecil
    -menyanyangi(nah loh, harusnya menyayangi)
    -Eonni ! Kita(harusnya kan: Eonni!)
    -eonni . Menikah(harusnya kan: eonni.)
    -Eonnie , apa(harusnya: eonni,)
    -“ Eonnie.. ”(harusnya: "Eonnie..")
    -melihat tanggalan(kekeke~ kenapa nggak kalender aja?)
    -menyanyangiku(harusnya kan: menyayangiku)
    -Iya hanya diam(harusnya: Ia)
    nah, jangan down dulu ya Authornim, karena ceritanya luar biasa bagus. Idenya juga jarang-jarang ada yang kayak gini.
    Apalagi ini pengalaman pribadi Author(mungkin).
    Typo hanya beberapa, dan itupun hanya yang kesalahan kecil. Kelihatan banget kalo Author udah berusaha dengan kuat.
    Tapi yang aku nggak dapat cuma konfliknya ;_; mian.
    Penyelesaian cerita, tema dan penokohan udah daebak.
    Terus berkarya ya Author-jjang!

    • huaa…
      terimakasih koreksinya ya? saya suka sekali dikoreksi kayak gini.. hehe..
      ada lagi, perhatian di kata-kata ‘anak-anak balik’ yang seharusnya ‘anak-anak balita’. hehe..
      well, ini bukan cerita pribadi, saya belum menikah –‘ hehe
      terimakasih komentarnya ya (∩_∩)

      • Saya juga suka banget dikoreksi^^
        Oh, jinjjayo? aku pikir ini pengalaman pribadi Author-nim soalnya deskripsinya jelas banget, jarang-jarng loh~~~
        Author-nim makin daebak!!
        ne~~ cheonma, fighting buat jadi pemenang 🙂

  25. Jadi..Ayamku…wkwkwkw…salah..salah…maksud ku…

    jadi ini cerita asli authornya yah….Huaaaa…manis sekali..
    bahagia kayanya mah punya suami kaya jinki, anak lucu kaya taemin…SeMpoah..eh..maksudnya sempurna/….

    kenapa Gwe bisa telat nyadar klo sebenernya dia itu tak Dung Aigoooo,,,gwe..gwe…
    janin yang ada dalam kandungan mu itu bukan mahkluk anhe tapi dia itu mahkluk Lucu gwe…
    taemin kecil ko dibilang aneh Gweb..Gwe…#geleng”bareng ayam jinki wkwkwkwkw….

    Cemangat Buat authornya good Luckh

  26. Inti ceritanya simple..tapi penuh makna…Inti ceritanya simple..tapi penuh makna…Inti ceritanya simple..tapi penuh makna…Inti ceritanya simple..tapi penuh makna…>.<
    Dilihat dari gwiboon setiap menghadapi masalah dan pilihan..
    Ya memang ini lah kehidupan yang bakal dijalani seorang perempuan..
    Bagusssss thor… Suka sama ff ini… So sweeet..^^
    Kelihatan author sangat memahami gwiboon.. Pengalaman Kelihatan author sangat memahami gwiboon.. Pengalaman Kelihatan

  27. Inti ceritanya simple..tapi penuh makna…>.<
    Dilihat dari gwiboon setiap menghadapi masalah dan pilihan..
    Ya memang ini lah kehidupan yang bakal dijalani seorang perempuan..
    Bagusssss thor… Suka sama ff ini… So sweeet..^^
    Kelihatan author sangat memahami gwiboon.. Pengalaman pribadi??
    Keep writing author-nim.. Fighting..^^

  28. Keluarga idaman bgt ini…
    Konfliknya agk dibnyakin (?) lagi thor,,, biar ada bgian yg bkin tegang tegang gmna gitu.. (?)
    Jinboon couple emg the best lah…

    Author-nim, fighting!!

  29. jadi brasa baca kisah hidup sapaa gitu, tp rasanya hidupnya enak bgt ya? Lurus aja…. Jd pingin.. Crta yg bgni namanya narasi bukan ya,

  30. klimaksnya kurang..tapi ceritanya.bagus kok penuh pesan moral 🙂 ceritanya real bgt di.kehidupan sekitar kita.. jd bayangin klo nanti aku nikah sm.taemin kyk apa*-* /eh

  31. cerita.a bagus min,,, wah itu taemin kalo udh gede nikah.a sama aq tuh ”takdir alam” #dikeroyokdahgue

    Jinki emang tipe suami idaman,,, adoohh papa mertua :*

    Tapi konflik.a mana min??? Yg d awal crita ky.a konflik.a g jedaarr gthoo.

    Tapi bagus2 aku suka *ganbatte thor!!

  32. simple and sweet ^^
    berasa cerita ini sepenuhnya milik gweboon jadi kaya baca diary gitu. Bahasanya baku jd lbh enak dibaca, cara penyampaiannya juga bagus jd ceritanya mudah dimengerti. Mnurutku wajar kalo alurnya cepet, ntar kalo terlalu detail malah jd longshoot dan membosankan. Konfliknya lbh menjurus ke gweboon dan dirinya sendiri, besar atau kecilnya konflik itu tergantung bagaimana kita menyikapinya, betul tidak? #tumbenotakwaras

  33. sinetron, datar… dengan kejadian diberi pilihan menikah atau ditinggalkan, itu rasanya juga terlalu mudah, bikin ceritanya gak punya kekuatan, padahal ini cerita ttg cinta, romantisme. penggambaran alur juga sebenarnya step by step rapi, tapi gak terlalu berbobot, gak memberikan jiwa dan rasa buat ceritanya. Ide ceritanya simple dan realistis, tapi alangkah jauh lebih bagus kalo dikemas dengan diksi dan alur yang lebih kuat, juga sedikit konflik yg menunjukkan kebertahanan cinta itu, realitanya rumah tangga juga pasti punya bumbu2 konflik yang menjadikan cinta itu lebih besar. However, keep fighting utk terus menulis, ditunggu karya2 selanjutnya!^^

  34. Manisnya jiboon sampe tumpeh-tumpeh,,,
    dari pcaran mpek nikah bikin gw mupeng 😦
    Saya mauuuu nikah!! mauuuu hamil!!! mau punya anak!!! tp hrus ma si dubu TT TT #tu kn sarap otak gw XD

    Bener deh ni ff buat saya ngiler… seandainya idup itu semulus dcerta ni, hah~ saya mau gantiin gweboon aja lah… thor tu nm gweboon gnt nm saya aj ya? keke~

    Nice story 🙂

  35. aku jadi pingin nikah nie sayang taemin masih sibuk ama kerjaanya jadi belum ada waktu buat ngelamar aku#dlempar taemints kepelukan onew

    paling authornya juga pingn nikah muda,sama thor aku juga#gak ad yg nnya

    seru ya punya keluarga kecil..bisa buatin suami#ahem sarapan saat mau kerja hehehe jadi malu bayanginta..

    author yang manis aku suka sama cerita2 kelurga muda gini jadi aku doain semoga fanficx yang menang#kecup basah author
    tapi doakanq supaya nnti dapat jodoh yg kayak jinki#aminnn

  36. jalan ceritanya ini udh bagus bgt apalagi posternya ngedukung.
    berasa nyata deh.kkkk
    sukak sukak sukak..
    empat jempol buat othornya yaaah^^

  37. aaaaaaa so much much sweeeeet >.<
    bahasanya bagus, jelas, ringkas.
    ceritanya bagusss, tapi agak kurang konfliknya deeeh.
    covernya bagus sekaliiiiiii

    • saya nggak ngerti kenapa 3 komen saya buat bales komen yang baca malah muncul di ‘komentar’ bukan di ‘balas’.. lol.. kayaknya ini gara-gara ol di hape dan juga dalam kondisi kurang enak badan ==”
      *btw, ngapain juga saya bahas ya? anggap saja intermezzo. hihi..

  38. Baca nie ff jadi kepengen cepet nikah..
    Heheheh

    tapi..
    Aku juga ngerasa seperti sedang di ajak jalan-jalan ke masa depan..

    Q pengen punya suami kaya jinki..

    Nae jinki.. G salah deh gue suka sama dia..

    Ffnya daebak..!!

    Aku sukkkaaaa..!!

  39. ceritanya sweet bngeetttt,,, q sk bnget,,,,,,,,,,,,,,, jd pengen sprti gweboon punya suami jinki yag ganteng dan sayang bnget dan pnya anak taemin yg imut heheheheheehehe

  40. klo suaminya jinki anaknya taemin, hidup bakalan sempurna kali yya.. aahhh sweett bgt G double O D j O b, good job good job!

  41. Terharu :’) awal2 kisahnya itu mirip yg lg aku alamin sekarang.
    Yg bikin aku mandek pertama tuh ya posternya, berisi potret kehidupan setelah pernikahan, dan bener aja.
    Aku selalu seneng baca yg temanya marriage life gini, apalagi ini diambil dr sudut pandang si tokoh perempuan :’D jadi pesan2 yg tersirat jg sampe ke reader yg notabenenya perempuan, tuh liat aja yg komen ngga jauh dari kata ‘envy’.
    Emang sih yg bikin kurang itu konflik, tapi mungkin ini lebih ke konflik batinnya si gweboon aja kali ya, kali…
    Nice story, keep looking forward~!

  42. Keren~ Akhirnya tau perasaan seorang ibu :’)
    Tapi kayaknya alurnya kecepetan deh thor, ada beberapa bagian yang kadang cukup sulit dicerna atau bikin bingung. Oh iya, kalau bisa kata akunya dikurangin ya^^ maaf kalau keliatan sok tahu. Tapi over all, keren^^b

  43. ceritanya sederhana, so sweet, perasaan yg di rasain gwe jg kenak banget, sampe iri sama gwe punya keluarga kecil yang manis bareng jinki,. Kata2 author terahkir ‘Kau akan melewati fase sepertiku ini, maka nikmatilah’ bermakna banget,. Mungkin keluarga kecilku nanti sama taemin seperti ini \(´▽`)/ *Loh??*

  44. kerennn….. happy family..
    aku suka jalan ceritanya…
    yah….walopun alurnya terlalu cepet..
    tapi bagus kok..
    kehidupan yang menyenangkan saat memikirkan keluarga…kkk~
    jadi pengen….tapi belum siap…

    errr….kerenlah pokoknya…

    lanjuuuuttttttt

  45. bingung mau komen apa yang pasti ini tu daebak!! aaaa~ jinjhayoo aku iri sama gwe, andai suamiku kelak sama kaya onew hnggg sifat dia disini aku suka demi apa suka, daebak daebak!! ceritanya daebak 🙂

  46. ceritanya simple tapi ini masalah yg bener2 dihadapi oleh setiap manusia terutama wanita…
    Sweet bgetlah pokoknya ini ff..
    Tp jinboon momentnya dikit bget ^^

  47. wah~
    seperti cerita romens ya.
    deskripsi yang mengalir, kaya baca riwayat hidup seseorang.
    bener2 deh ini penokohannya jelas banget.

    ah, buat lagi ya. fighting!

  48. salahkan saya karena baca fic ini dengan soundtrack perahu kertas mengalun di kuping! tidaaaaaaaaak rasanya ingin menangis hikss ;(

  49. aduuuuuhhhh gwe kenapa ragu ragu gituuuuuu kn udh saling cintaaaaaa tapi syukurlah gwe dapat hidayah heheheh

    iriiiiiii ma gwe, aku jg mau nikah ma jinki….. heheheh

  50. Huaaahhhh… Kereeennnnn sukaaaa banget geyy..
    Semuanya ª∂a̲̅ disini.. Ў∂πğ akan terjadi pada wanita.. Jadi harus baca ney ff biar tau ntar rasanya menikah dan punya anak..#loh apadah kkkk…

  51. asli ff nya keren bagus banget!
    ff nya penuh makna , meskipun diangkat dari kisah yang biasa tapi ini bermakna banget bertapa berharga nya menjadi seorang wanita bener-bener terharu!
    ff nya membangun dan memotivasi para wanita buat melakukan suatuhal yang berhaga! pilihan yang tepat adalah jalan yang tepat pula

    gomawo yang udah bikin ff ini serasa menjadi teristimewa sebagai wanita 😀

  52. bahagiaaaaaaa, tapi gaada konfliknya, coba kalo ada konflik gitu jinki selingkuh apa gimana kek(?) overall bagus dan jarang typo

  53. huwaaaa gk tw mw komen apah..
    Jujur ini ff bgus bgt buat referensi(?)bgi kami2 wanita wkwkwk

    tp ada stu hal yg aku tkutin,aku gk suka terikat,alias takut..
    Huhu

  54. ceritanya bikin envy ihh,, jadi pngin nikah juga hehe
    uumm so sweet,,, bahagianya kalau punya suami kaya jinki 😀

  55. Annyeonghaseyo, salam kenal..
    Aku new reader ^^
    Bagaseupnida

    Cerita’a flat, nyaris gx ad konflik’a, tp begitu baca cerita ini aku jd gelisah & gugup akan kenyataan bhwa aku jg bakal mengalami menjadi istri & seorang ibu.
    Bisakah aku merawat bayi?
    Bisakah aku sabar?
    Huuwaa aku ngerasa rendah, ngerasa bner-bner blum siap buat jadi seorang ibu yg baik?
    Akankah aku bisa ngambil keputusan yg tepat nanti’a seperti gweboon? Dapet suami sebaik jinki
    #curhat&ngarep#
    Mian comment’a kepanjangan

  56. Annyeonggg..aku reader baru,,salam kenal 🙂
    Ceritanya keren thor..
    sweet bangt >_< jadi pengin nikah tapi sama jinki 🙂
    Semangat ya thor buat mulia ff selanjutnya..
    Fighting 🙂

  57. note diakhirnya malah menyentuh banget, lebih menyentuh dari ceritanya sendiri… Mungkin karena ‘stripping’ dari mereka pacaran, berjuang menikah, akhirnya bener2 menikah, masa awal eprnikahan, Gwe lulus kuliah, Gwe hamil, melahirkan sampe anaknya udah lumayan gede (walaupun masih kecil), membuat cerita ini rada diburu.. Aku merasa kurang ada feelnya. Tapi aku suka kok. Sweet banget… 🙂 Selamat buat authornya yang sudah sukses jadi ibu… Do’ain saya, Gey, dan author dan readers yeoja lainnya buat nyusul segera, ya… AAmiiin…. 🙂

  58. Terlalu sweet. Hehehe. Sepertinya kehidupannya smooth banget ya. Walaupun begitu, inti dri cerita ini dpt kok :). Everywoman will be a mother, even she doesn’t want to, she’ll miss being a mother. Karna naturenya wanita memang seharusnya seperti itu. Heheheh.

    🙂

  59. Hiaaaa baguss!
    Ceritanya kaya kehidupan semua wanita. Wkwkwk
    Aku pasti akan mengalaminya haha
    Lucu pas gwe nganggep anaknya aneh–”
    Jinboon manis bgt
    Fightingg

  60. Keren!!
    nggak bisa ngomong dh.
    pasti kita para wanita bakal ngerasain apa yg gweboon rasain. dilamar,trus menikah,ngejalanin masa masa awal pernikahan,nggak lama hamil,trus ngelahirin,ngebesarin anak.
    pasti bakal sama bahagianya kaya gweboon 😀

Tinggalkan Balasan ke rainikaliv Batalkan balasan