(FF ONKEY YAOI ONESHOT) I DON’T NEED BROTHER

Pairing: ONKEY

Genre: Romance

Rating: NC 17

Author: Kim Jong Gey/ Gegey/ Geejjong/ Ghea/ bebaslah..

Annyeong~

Aduh pusing!! Gak minum obat, sakitnya lama.. minum obat, malah tambah sakit..

Inilah FF yang kuhasilkan jika terlalu banyak minum obat antibiotic..

Ahahahahahah..

Bukanlah.. inilah FF yang kuhasilkan jika terlalu sering bergaul dengan orang-orang yadong..ahahahah

Yang merasa yadong ngacung!!!

TANGGUNG JAWAB!!!

RCL please~

JINKI POV

Beberapa garis lagi maka aku akan selesai..

Tanganku sudah pegal. Tapi kepalaku terus memproduksi ide, dan hatiku terus terpuaskan dengan hasil yang ditorehkannya. Oleh sebab itu aku sangat menikmati setiap garisnya.

Ting~ Tong~

“APPA!! BISA TOLONG BUKAKAN PINTU!!”

Euh? Sepertinya garis ini terlalu tebal..

Ting~ Tong~

“APPA!!!”

Aishhh!!! Aku lupa! Appa sedang membeli makan siang.

Ting~ Tong~

“NE!! TUNGGU SEBENTAR!!”

Terpaksa kutinggalkan pekerjaanku.. kuberjalan malas membukakan pintu.

Ting~

Ckleck~

“Ne? mau bertemu dengan siapa?”

Kenapa dia membawa beberapa case? Barang yang dibawanya banyak sekali.

“Kau Jinki?”

Bagaimana dia bisa tahu namaku?.

“Hmm.”

Kujawab pertanyaannya dengan anggukan.

“Kau siapa?.”

“Kibum.”

Senyumnya.. cantik.

//

“Masista!!!”

Cih! Terlalu melebih-lebihkan. Maksudku, ekspresi appa yang terlalu berlebihan. Harus kuakui masakannya memang.. enak.

“Jinjja?”

Cukup berguna juga dia. Setidaknya kami tidak perlu membeli makanan keluar lagi.

“Kibum.. besok kau harus sudah menyiapkan sarapan sebelum pukul enam pagi.. appa harus berangkat kerja pukul setengah tujuh besok.”

“Appa! Jangan memerintahkannya seakan dia koki kita!”

“Biarkan saja.. dia sudah menjadi bagian keluarga kita.”

“Ne hyung.. aku justru senang bisa memasakan sesuatu untuk kalian.”

Baiklah.. sepertinya ucapan Kibum tadi tulus.

…

“Hyung!! Biarkan aku yang mencuci piring!”

Eh? Kibum merebut piring kotor dari tanganku. Jadi setelah dia memasak, sekarang dia yang mencuci piring?. Kalau begini apa kerjaku?

“Padahal aku dan appa sudah terbiasa mencuci piring kami masing-masing..”

Keluhku pada Kibum. Dia hanya tersenyum..cantik. Dia seperti menikmati mencuci piring.

“Sekarang sudah ada aku.. aku akan melayani hyung dan appa dengan baik..”

Cantik.. terlalu cantik. Senyumnya sangat cantik.

//

Center of interest!

Ah aku lupa memberikan center of interest pada desainku.. hmmm..bagaimana kalau aku menambahkan lukisan? Ah! Tapi ini kamar anak.

Haaaahhhh~ segar sekali.. tetesan air jatuh diwajahku. Aku senang berlama-lama saat mandi. Selalu memberikanku inspirasi.

…

Mwo? Kenapa kamarku rapih sekali?.

Siapa yang mengganti seprainya? Vas bunga? Kamarku jadi lebih segar.

“Hyung suka bunganya?”

Oh~ ternyata Kibum pelakunya.

“Ne.. gomawo. Kenapa kau harus merapihkan kamarku.”

“Aku tidak suka melihat ruangan berantakan.. jadi aku rapihkan seluruh rumah ini..”

Seluruh rumah? Bengkelku juga!!

“Kau tidak masuk kebengkelku kan Kibum??.”

“Bengkel? Ruang bawah tanah? Aku sudah berkunjung ke sana..”

“Kau membereskannya!!”

“Ahni.. tenang saja hyung.. aku bisa membaca..”

Kibum menyunggingkan sesuatu yang membuatnya terlihat lebih.. cantik. Kemudian dia berlalu pergi meninggalkan kamarku.

Syukurlah dia bisa membaca. Membaca peringatan yang kutempel disetiap dinding bengkelku. Seperti ‘jangan menyentuh apapun’, ’ jangan merapihkan bengkel’ dan ‘jangan membawa makanan ke dalam bengkel’. Aku tidak mau ada orang yang menghancurkan mood kerjaku karena aku kehilangan salah satu pensilku, atau seseorang menodai desainku. Dan appa pernah melakukan itu semua.

“Ah! Hyung.. sepertinya akan lebih baik jika kau menambahkan warna shocking pink..”

Apa maksud Kibum?

//

Hebat! Ternyata seleranya cukup bagus..

Warna shocking pink ini menjadi center of interest tanpa mengacaukan tema hijaunya.

“Jadi.. kau arsitek?.”

Kulirik Kibum yang sedang duduk mengamati setiap goresan pensilku.

“Interior desainer.”

“Ohh..”

Aku mengijinkannya berada di bengkelku karena dia bisa memberikan idenya, dan diam jika kusuruh.

“Kau koki?.”

“Chef! Calon chef.”

Jawabnya bangga.

“Haha.. baiklah.. calon chef.”

“Jadi.. Kibum, bagaimana kau bisa menjadi dongsaengku?.”

“Appa belum memberi tahu?.”

“Dia tidak memberitahuku..”

“Tebak!”

Hah! Kutaruh pensilku dan membalikan badanku menghadap Kibum.

“Kau adikku yang sudah bertahun-tahun terpisah denganku?.”

“Ahahah..Ahni!”
”Hmm.. kau anak dari pacar appa?.”

“Appa sudah punya pacar?.”

Berarti bukan!

“Kalau begitu.. kau anak dari selingkuhan appa!.”

Kibum terdiam sejenak. Apa tebakanku benar?.

“Jika statusku seperti itu, apa kau tidak merasa terganggu hyung?.”

“Melihat keadaan appa yang seperti ini? sama sekali tidak.”

Aku bahkan tidak pernah melihat rupa umma. Umma meninggakan rumah sejak aku masih balita. Kemungkinan terbesar dia melarikan diri adalah, karena appa selingkuh.

Aku lebih menganggap appa sebagai partner hidup daripada orang tuaku. Aku sedikit lebih dewasa darinya. Appa bahkan pernah meminta saranku saat dia akan kencan.

//

“Kibum!! Dimana kemejaku??”

“Sudah kutaruh di tempat tidurmu!!”

Ah! Itu dia.

Bukankah seharusnya aku merasa semuanya jauh lebih ringan semenjak Kibum yang melakukan seluruh pekerjaan rumah. Tapi bagiku justru semakin merepotkan. Aku tidak tahu dimana letak baju-bajuku, bahkan jam tanganku. Dan itu membuatku selalu berteriak bertanya pada Kibum. Kibum pasti tahu jawabannya.

Dia lebih tepat kusebut istri dibandingkan dongsaeng. Dia mengurusku dengan baik. Teman kantorku, mereka berkata kalau aku terlihat lebih segar.

“Kibum!! Dimana dasi merahku!!”

“Dasi merah??”

Akhirnya Kibum menghampiriku. Aku tidak perlu lagi berteriak-teriak.

“Kemeja itu cocok dengan dasi biru hyung..”

Kibum mengambilkan dasi biru dari closetku. Kini Kibumlah yang lebih mengetahui tata letak closetku dibanding diriku sendiri.

“Sini! Biar kupakaikan dasimu..”

Kibum mengalungkan dasi dileherku. Membuatku menahan nafas karena jarak kami yang terlalu dekat.

Degh!

“Kenapa wajahmu tegang begitu hyung?.”

Issshhhh!! Kibum meledekku. Bukan salahku jika aku tidak dapat mengontrol jantungku yang berdetak saat tangan Kibum tanpa sengaja menyentuh dadaku.

//

“Kibum!!! Aku lapar!!”

Sudah jam dua siang, tapi belum terhidang makanan sedikitpun di meja makan. Apa Kibum sedang tidak ada di rumah?. Appa juga tidak ada dirumah?

Aku tidak mau kelaparan dihari liburku. Aku beli makanan diluar saja.

Kupakai jaketku. Diluar sangat dingin.

Kupastikan pintu dan jendela terkunci rapat. Tidak ada siapa-siapa dirumah.

Whoooffff~

Aku meniup tanganku dan mengosok-gosokannya sebelum mebuka pintu pagar yang dingin.

“Kibum??”

Aku tidak merasa dingin lagi.

Aku juga tidak merasa lapar.

Aneh.

//

Tolong jangan sentuh pinggang dongsaengku..

Jangan belai pipinya..

Jangan coba-coba kau menci..

Agghh!!

Aku membenci diriku sendiri yang tidak bisa berbuat apa-apa.

“Annyeong~”

Namja itu sudah pergi?.

“Aigoo hyung!! Kau mengagetkaku.. kenapa kau berdiri didepan pintu seperti ini?.”

“Kali ini siapa namanya?.”

Namja yang kulihat barusan bukanlah Minho yang kulihat minggu lalu.

“Hehe.. namanya Jonghyun.”

Kibum terkekeh. Dia melepaskan mantelnya dan menggantungnya di closet.

“Kau senang mempermainkan namja?.”

“Hyung! Sudahlah.. aku memang seperti ini.. aku sudah menjelaskannya padamu dari minggu lalu bukan?.”

…

Sama sekali tidak selera makan.

“Ahahahah.. aku senang sekali. Ternyata kau mirip denganku Kibum. Appa tidak menyangka kau seorang player.”

“Aku bukan player appa..”

“Apa namanya jika bukan player.. kau sudah tiga kali diantar dengan namja yang berbeda..”

“Ahni appa.. aku hanya tidak bisa menolak tawaran mereka mengantarku pulang.”

Hanya mengantar pulang bisa dapat kiss?.

“Gwenchana Kibum.. kau cantik. Tentu saja banyak yang menginginkanmu..”

“Mereka hanya teman kampusku appa..”

Brakkkk!!

Memuakkan sekali.

“Jinki!! kau belum menghabiskan makan malammu!!”

“Buang saja!!”

“Ya! Jinki! kenapa kau uring-uringan begitu!!”
//

Cantik..

Tidak lama lagi namja itu akan mengagumi kecantikannya, membelai pipinya..

Kibum tersenyum, dia memberikan lampu hijau bagi namja itu untuk menciumnya..

Setelah itu.. namja itu pulang.

“Annyeong~”

Tidak lupa Kibum memberikan lambaian yang paling manis.

…

“Dia bukan Jonghyun, Minho, atau Dongwoon.. siapa dia?.”

“Berhentilah mengintaiku hyung!!”

“Aku tidak mengintai.. kau melakukannya didepan rumah… jadi siapa namanya?.”

Kibum melempar handuk sembarang. Berhenti mengeringkan rambutnya.

“Berhentilah mengurusi urusanku hyung!”

Tetesan air dari rambutnya jatuh membasahi kausnya. Sexy..

“Aku hanya ingin tahu siapa namanya..”

“Mir! Sudah puas? Sekarang tolong tinggalkan kamarku!.”

Ekspresinya saat kesal. Membuatnya jauh lebih.. cantik.

“Kenapa masih diam hyung? Kau sudah dapat apa yang kau inginkan bukan?.”

Kibum membukakan pintu untukku. Dia ingin aku cepat keluar dari kamarnya.

Dengan malas aku beranjak dari tempat tidur Kibum. Aku sudah diusir.

Tunggu! Bukan ini yang kuinginkan..

Bamm!

Aku menutup pintunya.

“Hyung! Apa lagi yang kau inginkan!!”

Aku menatap wajah Kibum dalam-dalam.

Mata itu, mata yang ingin kutatap setiap hari. Ingin kubelai pipi tirusnya. Aku juga ingin mencium bibirnya.

“Hyung!! Kenapa menatapku seperti itu?.”

Tidak.. aku tidak mau hanya menciumnya. Aku ingin lebih. Aku ingin mendapatkan lebih dari yang didapatkan namja-namja itu.

“Hyung.. aku minta kau keluar dari kamarku..”

“Aku tidak mau.. aku mau kau Kibum.”

“Apa maksud mmp..”

Jadi seperti ini rasanya sentuhan bibir Kibum.

“Hyung!! Kau gila!! Aku dongsaengmu!! Hyung lepas!!”

Aku sudah tidak dapat menahannya. Kudorong tubuh Kibum hingga merebah di tempat tidur.

“Hyung!! Kau akan mati jika appa tahu..”

“Appa tidak ada di rumah!!”

“Akkkhhhhh!!! Hyung hentikan!!”

Entah iblis apa yang merasukiku..

aku memaksa Kibum untuk memuaskan nafsuku.

Berkali-kali Kibum berteriak, meringis, terdengar seperti desahan bagiku. Setiap pukulan yang dihujamkan padaku, aku merasakannya seperti belaian.

Entah ini cara yang benar atau salah..

Dipikiranku.. hanya inilah satu-satunya cara agar Kibum menjadi milikku seutuhnya.

Aku tidak peduli dia dongsaengku atau bukan. Aku sangat menginginkannya.

//

“Appa!!! Kibum!!”

Lelah sekali.. baru kali ini aku mengalami masalah dengan klien.

“Kibum!! Siapkan aku air hangat!! Aku mau mandi!!”

Hening.

“Kibum!!”

“Kenapa kau masih meneriaki namanya!!”

Appa?

“Appa kau dari mana?.”

“Mengantar Kibum pulang.”

“MWO??”

“Apa yang kau lakukan padanya sehingga dia merengek ingin pulang??. Aigoo.. kasihan sekali anak itu..”

“Dia pulang?? Pulang ke rumah ummanya?.”

Apa karena aku?. Karena yang kulakukan padanya kemarin?.

“Pulang ke panti asuhan..”

“Panti asuhan?.”

Seperti benturan yang sangat keras membentur dadaku. Menghasilkan lubang yang cukup besar. Lubang yang dihasilkan karena kehilangan sesuatu.

Ahni! Bukan ini yang kuinginkan.. aku tidak mau Kibum pergi.

“Padahal appa sengaja mengadopsinya agar rumah ini ramai.. hanya hidup berdua denganmu terlalu sepi bagi appa..”

//

Jadi begitu?

Kibum bisa melakukan seluruh pekerjaan rumah karena dia terbiasa melakukannya dipanti asuhan.

Jadi disinilah Kibum dibesarkan?.

Panti asuhan yang cukup besar. Meskipun banyak tawa, tapi bisa kurasakan atmosfir kesepian yang mencekam.

…

“Kibum tidak tinggal disini lagi?.”

Bukankah appa bilang Kibum pulang ke panti asuhan ini?

“Kibum sudah dewasa, dia sudah kami lepas.. dia menyewa apartemennya sendiri.. kami mendidik anak kami agar mandiri..”

“Bisa beritahu aku alamatnya?.”

//

Dok dok dok!

Tidak ada bell. Apartemen yang sangat sederhana.

Dok dok dok!

“Sebentar!!”

DEG!

Aigoo.. mendengar suaranya membuatku gugup.

Cklek~

“Kibum.. apa kabar?.”

…

“Kau sudah bekerja?”

“Aku magang di restoran dekat kampus..”

Aku tidak menyukai suasana seperti ini. seolah-olah tidak pernah terjadi sesuatu yang buruk diantara kami.

“Bagaimana dengan pekerjaanmu hyung?.”

“Sedikit masalah dengan klien tapi bisa kuatasai..”

Bukan. Bukan masalah pekerjaan yang seharusnya kami bicarakan.

“Bagaimana hubunganmu dengan Mir?.”

Pabo! Ini justru akan memperkeruh suasana.

“Aku sudah putus..”

Kibum tidak marah?.

“Hyung.. aku.. akan berhenti.. aku sudah mempunyai pekerjaan..”

“eum? Apa maksudmu..”

“Aku memang salah memanfaatkan namjachinguku agar dapat meringankan biaya kuliahku..aku..tidak akan mengulanginya lagi..”

“Mwo??”

Mwoya?? Kenapa dia yang meminta maaf?

“Ahniyo Kibum..seharusnya aku yang meminta maaf.. kejadian kemarin itu..”

“Terima kasih karena kejadian kemarin aku..”

“MWO!! Kenapa jadi begini?? Jangan mempermainkanku KIbum!! Kalau kau marah padaku bilang saja!!”

“Kau tidak mengerti hyung.. aku.. mencintaimu.”

“Apa?”

“Itu sebabnya aku pergi dari rumahmu.. aku tidak mau menjadi dongsaengmu..”

Tunggu! Aku tidak mengerti..

DEG!

Hmmm~ apa ini? lembut sekali. Darahku berdesir hebat sekali. Membuatku semakin tidak sadar. Kecupan bibir Kibum yang bertubi-tubi membawaku melayang kealam bawah sadarku.

“Padahal kau tidak perlu memaksa hyung.. akan kuberikan jika kau memintanya..”

“Hmmmp..”

Nafasku semakin memburu. Gairahku mulai bangkit. Setiap kecupan Kibum membuatku tak berdaya. Ya. Karena aku juga menginginkannya.

*skip

“Jadi.. haruskah aku meminta maaf atas kejadian kemarin?”

Cantik.. senyuman Kibum yang sedikit kelelahan terlihat menggoda.

“Tentu saja harus.. karena sakit sekali.”

“Oh. Mianhe chaggiya~..”

Kukecup keningnya. Kubelai lembut leher jenjangnya.

Kibum meraba halus abbsku.. membuatku sedikit merinding.

“Mau main lagi hyung?”

Apa? Sejak kapan Kibum mulai pandai menggoda?. Aku suka.

“Kita lanjutkan dirumah saja..”

“Aku tidak mau pulang kerumah.”

“Wae?”

“Aku tidak mau menjadi dongsaengmu lagi..”

“Kau tega meninggalkanku berdua dengan appa? Kau tinggal sehari saja tubuhku sudah tidak terurus.. pulang lah chaggiya..”

Kucium pipi tirusnya. Terus kucium hingga Kibum terkekeh kegelian.

“Kalau begitu.. mana cincinku?.”

“Cincin?.”

“Aku mau tinggal dirumah itu sebagai istrimu saja..”

Senyum jahilnya membuatku gemas.

“Hmmmpp~ oppa ahh..jangan menindihku!! Kau bilang akan dilanjutkan dirumah!!”

“Aku belum membeli cincinnya.. jadi kita lanjutkan saja disini.. otte??”

“As your wish baby..”

-tamat-

Ahahahahaahahhahaha…geje!!

Jangan minta skipnya!! Karena aku gak bikin skipnya..

Muahahhahahah *stress abis bikin FF ini.